Cerita Gilang Penjual Snack Tunanetra di Jogja, Gunakan Tongkat dan Google Maps saat Berkeliling
Cerita perjuangan penyandang tunanetra dalam menjalani kehidupan datang dari Gilang Rizki Endrayana.
Editor:
Endra Kurniawan
Ia dibantu dengan satu temannya untuk usaha ini.
Mereka kulakan, lalu dikemas dan dijual di pasaran.
Selain jualan keliling, ia juga mulai memanfaatkan Instagram untuk berjualan.
"Penjualan online baru merintis lagi karena sudah dari lama dan sempat berhenti posting. Namun, sambil jualan keliling ini, saya sambil promosi. Jualan sudah sejak tahun 2017, pertengahan. Sekitar 3-4 tahun. Kami bungkusin sendiri. Kulakan dulu, terus nanti dipress, dikemas pakai plastik ala milenial," katanya.
Selama berjualan tak jarang ia menemui kesulitan.
Namun, lebih banyak yang mendukung usahanya dengan membeli camilannya.
Pernah hanya satu atau dua camilan saja yang laku, tapi keesokan harinya ia tetap berjualan demi menambah penghasilan.
Terlebih saat pandemi seperti ini, ia harus berusaha lebih keras.
Baca juga: Viral Video Kamar Kos Berisi Tumpukan Sampah, Pertama Kali Ditemukan oleh Ibu Kos, Ini Kisahnya
"Omset nggak ngitung, karena pandemi itu kan. Yang penting ada. Kalau misal nggak ada, syukurin aja. Orang tua di Brebes awalnya nggak mendukung, tapi karena orang rantau harus ada yang lain," tuturnya.
Saat PSTKM ini, Gilang juga harus berpikir lagi karena ada aturan jam tutup operasional.
Padahal, ia sering berjualan di dekat toko-toko ramai untuk menarik pembeli.
Oleh karena itu, pukul 19.00 WIB harus tutup.
"Kesulitan tak ada. Cuma satu PSBB, pembatasan warung. Saya mangkalnya di warung ramai. Tapi karena tutup jam 7, jadinya pulang."
"Ngikutin alur sekarang PSBB jam segini. Berangkatnya kesorean ya konsekuensi. Belum kalau ujan," katanya.
Gilang pun masih berniat mengembangkan usahanya agar lebih maju.