Minggu, 7 September 2025

Warga Wonogiri Jawa Tengah Meninggal Akibat Leptospirosis

Seorang warga Wonogiri, Jawa Tengah, meninggal dunia akibat akteri leptospira lewat air kencing tikus.

Editor: Erik S
dok Tribun Jogja
Grafis Leptospirosis Seorang warga Wonogiri Jawa Tengah meninggal dunia karena leptospirosis atau penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira lewat air kencing tikus. 

Selain itu, lokasi yang memiliki genangan seperti sawah sebenarnya juga rawan. Sebab, di area persawahan biasanya terdapat tikus.

Selain lewat genangan air, seseorang bisa terinfeksi leptospirosis lewat saluran cerna. Satyawati menuturkan, masyarakat perlu memperhatikan kondisi rumahnya.

"Kalau sudah mengetahui rumahnya banyak tikus, jangan dibiarkan makanan atau alat makan terbuka. Bisa saja makanan atau alat makan terkontaminasi air kencing tikus," tandas dia.

Terjadi di Karanganyar

Leptospirosis kembali menghantui masyarakat di Kabupaten Karanganyar.

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan karena urin tikus yang terkena bakteri leptospira interrogans setelah masuk ke dalam tubuh manusia.

Penyebarannya bisa melalui urin tikus yang masuk ke dalam tubuh melalui luka, atau pun gigitan tikus.

Dari enam kasus, dua orang meninggal dunia akibat leptospirosis di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, tercatat ada 6 kasus leptospirosis di Kabupaten Karanganyar dari awal tahun ini hingga pekan ke-27 atau Juni 2021.

Persebaran kasus tersebut terjadi di Kecamatan Gondangrejo, Kebakkramat, Jaten, Tasikmadu dan Colomadu.

Dari enam kasus leptospirosis, dua orang di Kecamatan Jaten diketahui meninggal dunia.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Karanganyar, Sri Winarno menyampaikan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh dinas setelah mengetahui adanya kasus leptospirosis itu.

Baca juga: Waspada Penyakit Leptospirosis: Berawal dari Penularan Air Kencing Tikus, Ketahui Cara Mencegahnya

Baik melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE) serta intervensi sanitasi atau kebersihan lingkungan.

Dinas telah meminta petugas sanitarian di masing-masing puskesmas untuk melakukan intervensi terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Akan tetapi karena kondisi pandemi, kegiatan itu belum optimal.

"PE dilakukan untuk mengetahui faktor resiko di lingkungan sekitar, juga mengetahui masyarakat sekitar yang memiliki gejala klinik sama dengan penderita leptospirosis. Kalau ada yang gejala klinis, dilakukan intervensi melalui pemberian obat dan pemantauan," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Kamis (29/7/2021).

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan