Sejoli Tewas Tertabrak Mobil
FAKTA Sidang Tabrak Lari Nagreg: Kopda Andreas Menangis hingga Ungkapan Sakit Hati Ayah Handi
Sidang kasus tabrak lari di Nagreg kembali digelar. Ini sejumlah faktanya, mulai dari tangisan Kopda Andreas hingga ungkapan sakit hati ayah Handi.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Garudea Prabawati
Diketahui, setelah menolak permintaan Andreas, Priyanto sempat mengambil alih kemudi mobil yang dibawanya.
Setelah melanjutkan perjalanan, mereka berhenti di sebuah toko karena Priyanto ingin buang air kecil.
Setelah itu, Andreas kembali mengemudikan kendaraan dan Priyanto duduk di kursi penumpang di sampingnya.
"Apa yang dibicarakan ketika terdakwa duduk di samping (di dalam mobil) saksi (Andreas)?" tanya ketua majelis hakim.
"Mencari sungai melalui Google Maps," jawab Andreas.
"Untuk apa?" kata ketua majelis hakim.
"Untuk buang (jenazah korban tabrak lari)," ujar Andreas.
4. Ungkapan Sakit Hati Ayah Handi
Persidangan kasus tabrak lari ini rupanya menghadirkan keluarga para korban.
Satu di antaranya Etes Hidayatullah yang merupakan ayahanda mendiang Handi Saputra.
Dalam persidangan, Etes mengungkapkan rasa sakit hatinya kepada Priyanto.
Etes heran mengapa Priyanto bisa setega itu membuang sang anak, padahal menurut hasil visum, Handi masih hidup saat dibuang ke Sungai Serayu, Jawa Tengah.
Suaranya pun bergetar ketika mengungkapkan bagaimana ibu Handi harus menahan rasa sakit hatinya atas perbuatan Priyanto di rumah setiap harinya.
"Kita saja menabrak kucing di jalan dikasih baju, dikubur, ini orang. Sama, tapi tidak ada rasa kemanusiaan. Hatinya di mana?" kata Etes di persidangan.
Etes juga sempat mengatakan perbuatan yang dilakukan Priyanto di luar batas kemanusiaan dan biadab.
Ia pun mengatakan masih sakit hati sampai sekarang. "Biadab," kata Etes.
Etes kemudian mengatakan akan menyerahkan proses hukum kepada aturan yang berlaku.
Karena sekali pun Priyanto dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya kepada anaknya, hal tersebut tidak bisa mengembalikan hidup Handi.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Gita Irawan) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya) (TribunJakarta.com/Bima Putra)