Sabtu, 13 September 2025

Wisatawan yang Mengaku Korban Pelecehan saat Berwisata ke Gili Trawangan Kini Dilaporkan ke Polisi

Tiktoker yang sempat viral karena mengunggah video mendapat catcalling atau pelecehan ketika berwisata ke Gili Trawangan dilaporkan ke polisi.

Editor: Dewi Agustina
Dok Istimewa
Kolase tangkapan layar video pemilik akun Tiktok Mia Eastiana saat menyampaikan keluhan usai berkunjung ke Gili Trawangan melalui media sosial. Dia kini dilaporkan ke polisi karena dianggap merusak citra daerah. 

Sebelumnya seorang wisatawan pemilik akun Tiktok Mia Eastiana membuat geger dunia pariwisata Gili Trawangan.

Melalui akun media sosialnya, wanita ini menceritakan pengalaman tidak menyenangkan saat berlibur ke Gili Trawangan.

Pemilik akun Tiktok @miaearliana dalam video tersebut mengaku menjadi korban pelecehan saat berlibur di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Agustus 2022 lalu.

Dalam video singkat tersebut, Mia menceritakan, dia dan temannya seringkali menerima pelecehan verbal selama di Gili Trawangan.

Ia merasa tidak dihargai sebagai wisatawan lokal oleh penyedia layanan pariwisata.

Sebab biaya tambahan tiba-tiba untuk penginapan, hingga harga barang yang sangat mahal.

Mia pun berikrar tidak akan datang lagi ke Gili Trawangan.

"Gimana kalau kayak gitu, kalau bukan scam namanya. Masuk night market, gue ini lokal yang bule cuma dua. Masa beli ikan dibilang Rp 300 ribu seekor," ujarnya.

"Mereka gak hargain gue dan teman gue sebagai lokal dong. Itu night market di pasar bukan restoran,” lanjut Mia.

Mia merupakan TikToker dengan pengikut berjumlah 382.200 serta unggahannya telah disukai sebanyak 9,6 juta pengguna.

Nyi Ayu Yunita Maharani selaku penyedia jasa wisata di Gili Trawangan sangat menyayangkan kejadian tersebut.

Bahkan dirinya berharap agar pelaku segera diusut, mengingat hal itu sangat merusak citra gili.

"Karena faktanya catcalling termasuk kekerasan seksual nonfisik yang tercatat UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TKPS)," ujarnya Sabtu (17/9/2022).

"Bahkan pelakunya dapat dipidana," tegasnya.

Baca juga: Rejowinangun Raih Predikat Desa Wisata Ramah Berkendara

Selain itu, ia menuturkan bahwa alasan lain bisa jadi karena SDM yang kurang berkualitas untuk bisa memahami tentang etika dasar dan kebiasaan menormalisasi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan