Kamis, 11 September 2025

Pengasuh Ponpes Cabuli Santri di Batang

4 Fakta Pengasuh Ponpes Cabuli Belasan Santriwati: Jumlah Korban hingga Marahnya Ganjar Pranowo

Pengasuh ponpes di Batang cabuli belasan santriwatinya dengan modus nikah siri tanpa saksi, Ganjar Pranowo marah. Berikut fakta-faktanya.

Editor: Nuryanti
ist
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi bersama Gubernur Ganjar Pranowo memimpin konferensi pers ungkap kasus persetubuhan terhadap anak bawah umur yang terjadi di Kabupaten Batang, Selasa (11/4/2023) - Pengasuh ponpes di Batang cabuli belasan santriwatinya dengan modus nikah siri tanpa saksi, Ganjar Pranowo marah. Berikut fakta-faktanya. 

"Lalu juga diberikan sangu atau jajan dan tidak boleh lapor, sudah sah sebagai suami istri ke orangtua," ujarnya.

Baca juga: Pengasuh Ponpes di Batang Cabuli Belasan Santriwati, Kapolda Jawa Tengah: Terjadi Sejak Tahun 2019

2. 17 Santriwati Jadi Korban

Dari pengakuan tersangka, ia mengaku telah mencabuli hingga 17 santriwati.

Di mana dua di antaranya merupakan alumni dari ponpes yang diasuh tersangka.

Pengakuan tersebut disampaikan tersangka saat ditanya oleh Ganjar Pranowo.

"Kenapa kamu tega melakukan itu. Apalagi korbanmu itu masih anak-anak, kamu tidak sadar bahwa itu salah."

"Jujur saja sekarang, berapa santri yang jadi korbanmu," tanya Ganjar Pranowo ke tersangka.

Tersangka lantas menjawab telah mencabuli 15 santriwati yang masih berada di ponpes dan 2 santriwati yang sudah lulus.

"Berarti 17 korban, ada lagi tidak, jujur saja," tegas Ganjar Pranowo.

3. Ganjar Pranowo Marah

Ganjar Pranowo pun mengungkapkan kemarahannya atas kasus pelecehan yang dilakukan oleh pengasuh ponpes.

Wajah emosi terlihat saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menanyai Wildan Mashuri (57) saat konferensi pers di Mapolres Batang, Selasa (11/4/2023)
Wajah emosi terlihat saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menanyai Wildan Mashuri (57) saat konferensi pers di Mapolres Batang, Selasa (11/4/2023) (Istimewa)

Menurutnya, kasus ini menjadi sangat serius karena terjadi di lingkungan pendidikan.

"Tentu kami marah, apalagi korbannya masih anak-anak."

"Bagi kami ini serius karena anak kita itu harus dilindungi, bukan untuk dikerasi dalam bentuk apapun," tandasnya.

Untuk menindaklanjuti kasus ini, ia akan membuka posko pengaduan agar santriwati lain yang menjadi korban dapat melapor.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan