Rabu, 29 Oktober 2025

Maradinata Ungkap Putrinya Meninggal di Gendongan Saat Dirinya Berjalan Kaki Kurang Lebih 5 Menit

Mereka tetap berangkat dengan menggunakan penerangan seadanya melintasi perkebunan kopi dengan kontur naik turun di tengah malam yang gelap gulita

Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN SUMSEL/SAHRI ROMADHON
Martadinata kepada wartawan Selasa (4/7/2023) menceritakan berjalan kaki 10 kilometer menempuh gelapnya malam membawa anaknya berobat karena terkena muntaber, sang anak meninggal di gendongan 

Laporan Wartawan Sahri Romadhon

TRIBUNNEWS.COM, EMPAT LAWANG - Martadinata masih tidak percaya kehilangan Meilani Tari Algani (4,5) yang meninggal dunia dalam gendongannya.

Meskipun tengah malam dan rawan diserang binatang buas, ia dan istri berupaya mengantar Meilani yang alami mutaber ke desa terdekat.

Namun apa daya, baru 5 menit berjalan kaki,  Melani meninggal dunia.

Mereka tetap melanjutkan jalan kaki sebelum akhirnya bertemu dengan polisi yang tengah berpatroli.  

Nampak rumah kediaman dari orangtua Martadinata dan Rika (nenek Meilani) di Desa Landur, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan masih ramai oleh tetangga, Selasa (4/7/2023).

Wartawan menemui orangtua Meilani nampak keluarga ini sedang mempersiapkan tahlil hari ketiga meninggalnya Meilani.

Saat wartawan menemui dan membincangi Martadinata masih nampak begitu jelas kesedihan pada raut mukanya.

Suara terbata ia bercerita kepada wartawan perjuangannya berjalan kaki menembus gulita malam membawa anaknya mencari tempat berobat karena sang anak terkena muntaber. 

Baca juga: Dua Pasien Sekaligus Tersangka Aborsi di Kemayoran Dilarikan ke Rumah Sakit Karena Pendarahan

Diketahui saat itu Martadinata sedang bermalam di talang ataupun kebun kopi yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari desa dan jika berjalan kaki dibutuhkan waktu 1 jam lamanya untuk keluar dari talang itu menuju desa.

"Pada malam itu anak saya sekitar jam 12 malam terbangun tidur awalnya ia minta minum lalu ingin buang air besar, usai buang air dia masih bisa jalan dan sempat tidur lagi kemudian mengeluhkan sakit perut.

Saat itu sempat diberi obat oleh ibunya setelah itu ia langsung muntah awalnya kami tidak panik tapi setelah muntah 2 kali kami panik dan berencana membawanya ke dusun," katanya.

Tanpa berpikir panjang kedua pasangan suami istri itu langsung memutuskan berangkat ke desa walau saat itu jam menunjukkan pukul 1 malam.

Mereka tetap berangkat dengan menggunakan penerangan seadanya melintasi perkebunan kopi dengan kontur naik turun di tengah malam yang gelap gulita.

 Tak ada sedikitpun rasa takut yang mengurungkan niat Martadinata dan istrinya malam itu, walau berisiko bertemu hewan buas mereka menguatkan hati dan pikiran untuk segera membawa anak nomor duanya itu ke desa dan segera menuju rumah sakit terdekat.

Sumber: Tribun Sumsel
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved