Kamis, 11 September 2025

Berita Viral

4 Fakta Pemuda di Wonogiri Dikeroyok Gara-gara Kostum SD di Lomba Voli, Bupati Jekek Tak Habis Pikir

Pria berinisial AD (28) menjadi korban pengeroyokan sejumlah warga di depan rumah Kepala Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Penulis: Isti Prasetya
Editor: Tiara Shelavie
Tangkapan Layar TikTok @lagaligo_voly
Pria berinisial AD (28) menjadi korban pengeroyokan sejumlah warga di depan rumah Kepala Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri akibat kostum turnamen voli antardesa. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berinisial AD (28) menjadi korban pengeroyokan sejumlah warga di depan rumah Kepala Desa Gunungsari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Pengeroyokan tersebut diduga karena AD mengunggah video momen turnamen voli antardesa pada perayaan HUT ke-78.

Unggahan itu rupanya memancing kemarahan dari tim lawan AD hingga terjadi kesalahpahaman antara kedua tim tersebut.

Dugaan pemicunya lantaran tim AD menggunakan kostum seragam SD untuk memeriahkan turnamen voli tersebut.

Namun, rupanya tim lawan merasa tersinggung karena kostum itu.

AD kemudian mempublikasikan kabar dugaan pengeroyokan itu di akun TikTok miliknya @lagaligo_voly, Senin (28/8/2023).

Ia menjelaskan kronologi pengeroyokan dalam unggahan TikToknya.

Unggahan itu mendapatkan 1,2 juta penayangan hingga artikel ini dibuat.

Insiden ini mendapatkan perhatian warga setempat hingga diupayakan untuk dimediasi.

AD juga mengaku telah membuat laporan terkait kasus ini ke Polres Wonogiri.

Bahkan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo angkat bicara terkait kasus pengeroyokan ini.

Lantas bagaimana kronologi kejadian pengeroyokan AD?

Berikut Tribunnews.com merangkum fakta-fakta terkait kasus pengeroyokan AD.

Baca juga: 5 Fakta Viral Siswi SD di Gowa Suapi Temannya yang Difabel saat Istirahat, Guru Ungkap Kesehariannya

Kronologi

Kejadian itu bermula saat AD dituding memecah belah dua desa saat turnamen voli tingkat Kecamatan dengan konten-konten TikTok yang diunggahnya.

Tim desa AD saat itu menang walk out melawan desa lain

Tim lawan mengundurkan diri karena merasa kostum tim AD melecehkan pihak lawan.

"Kaos timnya kan mirip seragam SD. Pertandingan sebelumnya juga pakai itu juga tidak ada masalah. Tahun lalu juga pakai seragam itu juga tidak masalah," jelas AD.

Masalah itu menurut AD sudah diselesaikan di tingkat Kecamatan Jatisrono.

Namun kembali muncul permasalahan ketika turnamen bola voli di Kecamatan Jatipurno hingga mendapatkan aksi kekerasan.

Baca juga: VIRAL Warga Kaliangkrik Magelang Buat Pakaian dari Serbet, Warganet : Sekalian Jadi Lap Meja

Pengeroyokan AD terjadi setelah ia kedatangan tamu orang yang tak dikenal pada Jumat (25/8/2023) sekira pukul 22.00 WIB.

AD mengaku dijemput paksa bersama istri dan anaknya dengan menggunakan mobil.

"Saat itu dijemput paksa, istri dan anak saya yang umurnya dua bulan diminta untuk naik ke mobil," jelas AD, dikutip Tribunnews.com dari TribunSolo.com.

Rupanya, AD dan keluarganya dibawa ke salah satu rumah Kades di Kecamatan Jatisrono dengan maksud mengklarifikasi sikap AD.

Namun setibanya di lokasi, AD mendapatkan pukulan dari beberapa orang dengan disaksikan belasan orang yang berkerumun.

Mendapatkan ancaman dari dua desa

Mengutip dari Kompas.com, AD mengaku mendapatkan ancaman jika tidak mengklarifikasi konten TikToknya.

“Handphone saya juga diminta paksa dan saya juga dipaksa menghapus video TikTok yang lagi FYP (for your page). Padahal (dalam video itu) tidak menyebut nama orang atau nama desa,” kata AD.

Selanjutnya AD dipaksa membuat video klarifikasi dengan kata-kata sesuai permintaan oknum warga.

Video itu dipaksa untuk diunggah di WhatsApp dan TikTok dan apabila dihapus, massa mengancam akan membakar tempat usahanya.

Setelah menuruti kemauan oknum warga, kepala desa kemudian menenangkan dan membubarkan warga.

“Akhirnya dengan muka memar saya diantar sampai titik aman. Untuk mengelabui massa saya berganti mobil lalu diantar pulang. Karena takut massa datang saya putuskan sekitar pukul 23.30 ke Rumah Sakit Hermina untuk visum dan selanjutnya lapor ke Polres Wonogiri,” demikian AD.

Baca juga: VIRAL Mahasiwa Telat Hadiri Acara Wisuda, Endingnya Diwisuda Sendirian di Tempat Tak Disangka-sangka

Kata polisi

Diberitakan TribunSolo.com, Polres Wonogiri telah menerima laporan AD terkait dugaan pengeroyokan yang dia alami.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah.

Saat ini, kata Andi, kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan terhadap terduga pelaku pengeroyokan.

"Sudah ada laporan, dalam proses penentuan tersangka itu kan ada proses, seperti penyelidikan," jelasnya, Kamis (31/8/2023).

Kapolres menerangkan pihaknya sudah mengantongi diduga pelaku.

Namun pihaknya memerlukan bukti lengkap karena tak bisa menentukan tersangka dan barang bukti.

"Sudah mengantongi nama-nama yang diduga tersangka penganiayaan kemarin. Tapi butuh bukti lengkap. Jadi kami tidak bisa sembarangan menentukan tersangka dan barang bukti," jelasnya.

Baca juga: 5 Fakta Viral Siswi SD di Gowa Suapi Temannya yang Difabel saat Istirahat, Guru Ungkap Kesehariannya

Respons Bupati Wonogiri

Dikonfirmasi terpisah, Bupati Wonogiri Joko Sutopo angkat bicara terkait kejadian dugaan pengeroyokan di Kecamatan Jatisrono yang dipicu ketersinggungan dalam turnamen bola voli antar desa.

Bupati yang kerap disapa Jekek itu, menilai sikap yang ditunjukkan pihak-pihak terkait karena ketersinggungan itu tidak masuk akal.

Bahkan Bupati Jekek mengaku terkekeh saat mendengar laporan kasus tersebut.

"Dapat laporan tadi pagi, sekitar pukul 05.00 WIB. Saya respons sambil ngekek (tertawa). Masalah apa ini, koyo cah cilik (seperti anak kecil)," kata dia, kepada TribunSolo.com, Kamis (31/8/2023).

Bupati Jekek menilai, kasus yang dipicu masalah sepele ini tidak bisa masuk akal.

"Tidak paham saya voli kok jadi masalah, logikaku ra iso nompo (tidak bisa terima), logika saya tidak bisa nompo (menerima), hari gini," jelasnya.

Jekek menyayangkan aksi tidak terpuji itu, sebab masalah itu seharusnya diselesaikan dengan baik.

"Wong (padahal) masyarakat guyub, cah enom padu (anak muda bertengkar) masalah ketersinggungan voli. Bolanya bukan bola batu to (kan)? Kalau pakai batu berarti jaman batu. Itu tidak menimbulkan nilai sportivitas," pungkas Jekek.

(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti, Kompas.com/Muhlis Al Alawi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan