Cuaca Ekstrem
Karanganyar Siaga Darurat Bencana Kekeringan, BPBD Distribusikan Air hingga Sumur Keluarkan Gas
Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah tetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran.
Penulis:
Muhammad Renald Shiftanto
Editor:
Endra Kurniawan
Tiga wilayah tersebut yakni:
1. Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar
2. Desa Bakalan, Kecamatan Jumapolo
3. Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo.
"Terakhir kami menyalurkan air bersih di Dusun Dukuh, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, dengan jumlah 36 KK dan 98 jiwa, kami mengirim 2 tangki air bersih atau 10 ribu liter air bersih," pungkasnya.
Belasan Tangki Air Bersih Didistribusikan di Kabupaten Tegal
Kekeringan juga terjadi di wilayah lain di Jawa Tengah, satu di antaranya di Kabupaten Tegal.
Kekeringan yang dialami merupakan dampak dari fenomena El Nino.
Total ada sembilan desa dari empat kecamatan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah ikut terdampak kekeringan hingga sulit mendapatkan air bersih.
Pihak Pemkab Tegal pun turun tangan untuk mengirimkan belasan tangki air bersih untuk sembilan desa tersebut.
Bupati Tegal, Umi Azizah secara simbolis menyerahkan bantuan air bersih di Desa Tamansari, Kecamatan Jatinegara, Jumat (1/9/2023).

Baca juga: Kemarau Berkepanjangan Sejak Awal Tahun, 1.978 Hektar Lahan Telah Terbakar di Kalsel
Ia mengaku, pihak Pemkab Tegal berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Tegal untuk penyaluran air bersih.
"Alokasi bantuan yang diberikan total sebanyak 18 tangki atau setara 108.000 liter, dengan satu tangki berisi 6.000 liter air bersih. Adapun masing-masing desa mendapat jatah dua tangki air bersih," ungkap Bupati Tegal Umi Azizah, pada Tribunjateng.com.
Ia menambahkan, masing-masing desa yang terdampak kekeringan diberi bantuan sebanyak dua tangki air bersih.
Satu tangki air bersih sendiri berisi 6 ribu liter air.
"Intinya pembagian bantuan air bersih ini bergiliran ke semua daerah yang mengalami kekeringan ataupun krisis air. Hal ini bisa menjadi pelajaran buat kita semuanya, karena desa-desa yang tahun kemarin tidak butuh air atau dalam artian tidak mengalami kekeringan saat ini butuh air. Hal itu menandakan resapan air semakin berkurang, sehingga masyarakat harus rajin menanam pohon keras ataupun pohon tidak keras," terang Umi.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunSolo.com, Mardon Widiyanto)(TribunJateng.com, Desta Leila Kartika)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.