Rabu, 20 Agustus 2025

Budidaya Anggrek Merapi dan Kopi Dikembangkan di Lereng Merapi, Potensi Majukan Masyarakat Desa

Kisah Sukses AQUA Klaten Kembangkan Kopi Konservasi dan Budidaya Anggrek Merapi di Lereng Merapi.

(ISTIMEWA)
AQUA Klaten serius membantu pengembangan potensi pertanian di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Yakni lewat pengembangan kopi konservasi dan budidaya anggrek merapi. (ISTIMEWA) 

Materi yang dimaksud adalah materi mengenai konservasi yang produktif, menghasilkan dari segi ekonomi dan tentunya berkelanjutan. Hal ini yang menurut Joko Susanto membawa budaya baik di Masyarakat Mriyan.

“Iya, budaya baik dan dari kopi itu banyak banget informasi. Kita bisa ngobrol pertanian, bisa ngobrol apa, apalagi dengan bapak ibu semua ini, kita dapat ilmu dan kebudayaan yang banyak” Ungkap Joko.

Parli, salah satu barista dan pengelola Kedai Kopi; Gumuk Coffee bercerita bahwa kedai hasil dari binaan budidaya kopi yang dilakukan pabrik AQUA Klaten yang dikelolanya saat ini membawa banyak keberkahan.

Selain dapat memberikan keterampilan baru untuk para warga yang kini menjadi barista kedai kopi, juga sebagai pintu baru untuk komuitas dan orang luar agar berdatangan untuk mengenal Desa Mriyan.

“Ya saya kalau merasakan gini pak, dulunya itu kan dari kelompok kami dan orang-orang sini aja sekarang banyak orang yang mau datang kesini” Ucap Parli.

Meski dari segi ekonomi penghasilan dari Kopi belum sebesar komoditi lain di Desa Mriyan tapi menurut Parli, ke depannya kopi memiliki potensi yang besar untuk menopang kemajuan Masyarakat Desa.

“Memang untuk saat ini, penghasilan dari kopi ini belum sebesar yang didapat masyarakat dari tembakau dan mawar. Tapi, kedepannya penghasilan dari kopi ini mungkin bisa sama. Yang penting, kita konsisten karena memang masih dalam tahap belajar bagaimana nanti bisa mengembangkan yang lebih baik lagi,” ujar Parli.

Selain kopi, pabrik AQUA Klaten juga membantu komunitas petani melakukan konservasi dan budidaya tanaman anggrek Merapi.

Saat ini sudah ada puluhan pohon anggrek Merapi yang dipelihara dan dikembangkan.

Anggrek yang dibudidayakan hingga saat ini sudah terdapat 23 varian, salah satunya adalah varian anggrek langka yaitu Vanda Tricolor.

Konservasi anggrek dilakukan dengan membuat greenhouse berukuran 4-meter x 6 meters.

Mereka merawat anggrek di tempat tersebut selama 1,5 hingga 2 tahun sebelum dilepasliarkan ke area Gunung Merapi.

Uniknya, Masyarakat dapat membeli anggrek ini namun tidak bisa untuk dibawa pulang melainkan hanya untuk dirawat di greenhouse dan nantinya akan di lepas liarkan.

Jadi masyarakat secara langsung dapat berkontribusi dalam pelestarian Gunung Merapi.

Pabrik AQUA Klaten melalui program keberlanjutannya di Desa Mriyan ini juga mendirikan Pusat Belajar Konservasi Komunitas (PBKK).

AQUA Klaten serius membantu pengembangan potensi pertanian di
AQUA Klaten serius membantu pengembangan potensi pertanian di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Yakni lewat pengembangan kopi konservasi dan budidaya anggrek merapi. (ISTIMEWA)

Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager Pabrik AQUA Klaten menjelaskan bahwa PBKK ini dapat menjadi tempat bagi petani dan seluruh Masyarakat untuk melakukan diskusi, penelitian, kajian untuk selanjutnya menerapkan ilmu mereka.

“PBKK Ini yang sebenarnya kita sebut research environment, karena sebenarnya ilmu di masyarakat itu sangat banyak, kita hanya memfasilitasi memberikan wadah bagi petani dan masyarakat untuk belajar dan mengembangkan ilmu yang telah dimiliki. Disini petani itu bisa melakukan penelitian dan kajian kajian. PBKK ini kan dalam kata lain adalah pusat belajarnya masyarakat”, jelas Rama.

Selain pusat belajar, PBKK juga bertujuan untuk menjaga konsistensi berjalannya program dan sebagai bentuk komitmen Pabrik AQUA Klaten dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya di DAS Pusur.

Selain konservasi kopi, PBKK juga dilengkapi dengan alat pemantau cuaca yang bisa digunakan petani untuk mengetahui curah hujan, kelembaban udara dan kekuatan angin.

Petani diberi pembekalan untuk bisa membaca data dan memanfaatkan data untuk menentukan waktu dan jenis tanaman yang akan ditanam.

“Dulu kita menanam berdasarkan kebiasaan, kini kita bisa sesuaikan dengan data cuaca, curah hujan dan data lainnya, sehingga hasilnya bisa lebih baik,” tambah Joko.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan