Kisah Inspiratif Jamaluddin, Sarjana Pulang Kampung Membangun Desa Kanreapia
Jamaluddin, pria asal Desa Kanreapia, Gowa, Sulawesi Selatan membagikan kisah inspiratifnya dalam acara Bicang Inspiratif 15th SATU Indonesia Awards.
Penulis:
Adi Suhendi
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Jamaluddin, pria asal Desa Kanreapia, Gowa, Sulawesi Selatan membagikan kisah inspiratifnya dalam acara Bicang Inspiratif 15th SATU Indonesia Awards 2024 di Hotel Fortune & Convention Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (19/5/2024).
Pria berusia 35 tahun ini menyebut dirinya sebagai sarjana pulang kampung.
Bagaimana tidak, setelah menempuh Pendidikan tinggi di Makassar, ia Kembali ke kampung halamannya di Kanreapia.
Nama Desa Kanreapia yang artinya api yang selalu menyala pas dengan semangat hidup Jamaluddin.
Sebagai anak petani, Jamaluddin mengaku dirinya sempat putus sekolah pada saat SMA. Namun, ia tak patah arang Kembali berusaha hingga bisa lulus sekolah SMA.
Begitu pun saat menempuh Pendidikan tinggi di Makassar, Jamaluddin sempat Kembali harus berhenti kuliah. Namun, semangatnya tak pernah padam hingga akhirnya ia Kembali bisa mendapat gelar sarjana Pendidikan dari kampusnya pada 2011.
Bahkan saat ini, Jamaluddin sudah meraih gelar magister atau S2.
"Jadi setelah selesai kuliah, saya memutuskan bagaimana bermanfaat. Idenya adalah kembali ke desa, pulang kampung," kata Jamaluddin.
Di kampung halamannya, ia pun melihat potensi desanya sebagai penghasil sayur mayur.
Setelah melihat potensi tersebut, Jamaluddin Bersama teman-temannya mendirikan suatu komunitas.
Idenya membangun Desa Kanreapia berawal dengan menyulap kendang ternak menjadi rumah koran.
Rumah Koran yang dibuat Jamaluddin merupakan sebuah rumah baca bagi warga yang di sekitar dindingnya ditempeli koran-koran bekas yang beritanya telah dibaca dan disortir.
"Kita menempel koran di rumah itu, kemudian dari koran menjadi sumber inspirasi, sumber bacaan. Sehingga masyarakat bisa mengakses informasi dari koran tersebut," katanya.
Seriring berjalannya waktu rumah baca tersebut pun berkembang tak hanya sekadar rumah baca.
Rumah Koran bergerak sebagai tempat edukasi, kesehatan, dan lingkungan.
Di bidang pendidikan, Rumah Koran menjadi pusat literasi bagi anak petani.
Kemudian di bidang kesehatan, lewat rumah koran masyarakat diedukasi soalnya pentingnya menjaga kesehatan seperti mengedukasi warga agar tidak BAB di sungai, menjadi sarana Posyandu, dan lain sebagainya.
Selanjutnya di bidang lingkungan, mengedukasi anak petani tentang pentingnya menjaga lingkungan.
"Jadi anak petani saat ke sungai bukan hanya baca buku. Tapi diajak memungut sampah, serta diperkenalkan jenis-jenis tumbuhan," kata Jamaluddin.
Seiring berjalannya waktu pola pikir masyarakat di kampungnya pun berubah tentang bagaimana cara bertani dan berkebun yang baik.
Jamaluddin mendorong para petani dikampungnya beralih dari petani anorganik menjadi petani organik dengan hasil yang lebih besar.
"Ketika program pupuk organik dijalankan, maka petani pun mulai beralih dari Kimia ke organik," katanya.
Kini kampungnya bisa menjual sayur-mayur ke sejumlah pasar tradisional di Makassar bahkan Kalimantan.
Setiap harinya kini Desa Kanreapia bisa menghasilkan puluhan ton sayur mayur.
Hasil panen tersebut pun Sebagian disisihkan untuk kegiatan sosial melalui Gerakan sedekah untuk kaum dhuafa. Sebagian sayur disedekahkan ke 100 panti asuhan di Kabupaten Sulawesi Selatan, Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Maros.
Berkat kerja kerasnya, Jamaluddin pun menerima penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2017 dan kini kampungnya mendapat pembinaan dari Astra lewat Kampung Berseri Astra Kanreapia.
Inspiarsi yang dibagikan Jamaluddin tersebut harus dipetik sebagai pembelajaran bagi generasi muda saat ini.
Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, Tri Mumpuni mengatakan Indonesia ini dirahmati Tuhan memiliki sumber daya alam yang luar biasa, baik pertanian, perkebunan, maupun tambang.
Potensi tersebut menurutnya tersebar di desa-desa yang ada nusantara yang jumlahnya mencapai puluhan ribu.
"Kenapa masyarakat desa harus miskin dan tertinggal? Itu harus dijawab. Jawabannya sederhana karena kekayaan itu tidak dibarengi dengan kapasitas intelektual masyarakat desa untuk mengolah sumber daya desa," kata Tri Mumpuni dalam kesempatan yang sama.
Untuk itu, ia mengajak agar anak muda setelah menyelasaikan Pendidikan tinggi untuk Kembali dan membangun desanya.
"Seperti Mas Jamaluddin kalian kembali dan mencari potensi-potensi bersama masyarakat desa," katanya.
Ia yakin Indonesia akan semakin luar biasa bila ditopang desa-desa yang kuat.
Baca juga: Bincang SATU Indonesia Awards 2024, Astra Inspirasi Anak Muda Kendari Berkarya untuk Masyarakat
Tri Mumpuni yang merupakan salah satu ilmuwan muslim paling berpengaruh dunia versi The World's 500 Most Influential Muslims 2021 mengajak masyarakat untuk berkonsentrasi berkolaborasi terus membangun desa.
"Jadi tak usah khawatir, kita harus mau berkontribusi membangun desa," ucapnya.
5 Fakta OTT KPK di Kolaka Timur: 5 Tersangka Termasuk Bupati, Barang Bukti Rp200 Juta |
![]() |
---|
Bupati Koltim Dikenal Ramah dan Sering Ngopi Bareng, Warga Kaget Abdul Azis Ditangkap KPK |
![]() |
---|
Bupati Kolaka Timur Abdul Azis Ditahan KPK Dini Hari: Tangan Diborgol, Pakai Rompi Oranye |
![]() |
---|
Kronologi Penangkapan Bupati Kolaka Timur Abdul Azis, Sempat Mengelak Kini Digiring ke KPK |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Kendari Besok Sabtu, 9 Agustus 2025: Siang hingga Malam Bakal Diguyur Hujan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.