Keracunan Massal di Sleman
Jumlah Korban Keracunan Massal di Sleman Capai 160 Orang, Pemkab Tetapkan Status KLB
Pemkab Sleman tetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) menyusl bertambahnya jumlah korban keracunan massal di 2 desa di Sleman, D.I. Yogyakarta.
Penulis:
Nina Yuniar
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban keracunan massal setelah mengkonsumsi makanan di sebuah pesta pernikahan di Dusun Krasakan, Kelurahan Lumbungrejo, Tempel, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Sabtu (8/2/2025) terus bertambah.
Data terakhir, terdapat lebih kurang 160 warga yang bergejala mual, demam hingga nyeri otot.
Puluhan warga di antaranya bahkan harus dirujuk ke rumah sakit karena gejala yang dialami tak kunjung membaik setelah diberi penanganan medis di Posko.
Kasus keracunan makanan di Dusun Krasakan inipun ditetapkan Pemerintah Kabupaten Sleman menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
Penetapan KLB ini pun telah dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama.
"Iya, namanya KLB Keracunan makanan. Tapi bukan KLB penyakit yang berpotensi wabah atau KLB akibat bencana alam yang memakan anggaran besar. Berbeda penanganannya," kata Cahya, dilansir dari TribunJogja.com.
Melalui penetapan KLB ini, maka seluruh biaya perawatan korban akan ditanggung oleh Pemkab Sleman.
Baca juga: Dinkes DIY Menduga Keracunan Massal di Sleman karena Faktor Kebersihan dan Sanitasi yang Buruk
Anggaran tersebut diambil dari Belanja Tak Terduga (BTT) yang mekanisme penggunaannya diatur sesuai Peraturan Bupati (Perbup) nomor 75 tahun 2023 tentang Jaring Pengaman Sosial (JPS) di Bab II Pasal 3 ayat (1).
Artinya, pasien yang bergejala akibat keracunan massal ditanggung pembiayaan melalui regulasi Perbup tersebut.
"Cukup ditangani dengan perbup ini, tidak perlu penetapan Bupati untuk menggunakan dana BTT," ujarnya.
160 Orang Alami Gejala Keracunan
Sementara itu, Kepala Puskesmas Tempel 1, Diana Kusumawati mengungkapkan bahwa pasien yang diobservasi di posko penanganan dan dirujuk ke rumah sakit, umumnya akibat nyeri otot yang tak kunjung sembuh.
Suhu tubuh juga tidak menurun padahal sudah diberi obat-obatan.
Terlebih, munculnya gejala dehidrasi yang semula ringan menjadi dehidrasi sedang.
Pasien dengan gejala itu pun langsung dirujuk terutama lansia yang berpotensi memburuk karena komorbid.
"Kami observasi dan jika dari awal kemungkinan kami tidak bisa menangani, maka langsung dirujuk," sebut Diana, Senin (10/2/2025).
Posko penanganan untuk mendata dan merawat korban keracunan massal ini telah dibuka di Dukuh Krasakan sejak Minggu (9/2/2025).
Sejauh ini, warga yang bergejala tercatat ada 160 orang yang mayoritas warga setempat namun ada juga dari luar daerah, sebagian bisa rawat jalan di rumah.
Ada juga korban yang dirawat di posko dan sebanyak 39 orang harus opname di sejumlah rumah sakit.
Baca juga: Makanan Mengandung Bakteri, Polisi Naikkan Kasus Keracunan Massal 2 Desa di Ponorogo ke Penyidikan
Pantauan di lokasi, posko yang didirikan di Klinik Islam H.M Sosromiharjo Tempel ini terus melayani pasien.
Ambulans berjajar siaga. Pasien yang datang ada yang dirawat dan diobservasi di posko, kemudian pulang dan ada juga yang dirujuk untuk mendapatkan perawatan lebih intensif di rumah sakit.
Data update hingga Senin sore, pasien yang sedang diobservasi di posko berjumlah 10 orang.
Evaluasi terhadap penanganan kejadian keracunan massal ini terus dilakukan, termasuk operasional posko bakal ditutup apabila pasien terus melandai.
"Kami akan evaluasi lagi, sementara baru 2×24 jam untuk (pendirian) poskonya. Mudah-mudahan jika kasusnya menurun dan teratasi, nanti kami tutup saja," tuturnya.
Keracunan Massal Acara Arisan
Kasus dugaan keracunan massal, di hari yang sama rupanya bukan saja terjadi di Tempel, melainkan terjadi juga di Dusun Sanggrahan, Tlogoadi, Mlati, Sleman.
Puluhan warga mengalami mual, diare, dan nyeri sendi bahkan sebagian ada yang muntah setelah mengkonsumsi siomay yang disajikan dalam sebuah pertemuan arisan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sleman, Yuli Khamidah mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, ada 37 orang yang mengkonsumsi siomay yang disajikan dalam pertemuan arisan di Tlogoadi, Mlati pada Sabtu lalu.
Dalam pertemuan tersebut, menurut dia ada juga snack lain yang disajikan di tempat acara seperti arem, puding, kletikan dan gorengan.
Sedangkan siomay adalah hidangan yang dibawa pulang.
Baca juga: Korban Keracunan Massal di Sleman Terus Bertambah, 27 Orang Dirawat di RS, 151 Alami Diare
"Yang makan siomay berjumlah 37 orang. Sedangkan yang bergejala 36 orang. Karena yang 1 orang menggoreng siomay sebelum dikonsumsi," jelas Yuli.
Gejala yang timbul seperti mual, diare, lemas dan nyeri sendi. Ada juga, sebagian di antaranya yang pusing kepala, muntah, kram perut hingga sesak nafas.
Akibatnya, ada 3 orang yang harus opname di rumah sakit sedangkan 17 orang menjalani pemeriksaan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan Sampel
Pemeriksaan sampel makanan sedang dilakukan untuk melihat kandungan makanan yang dikonsumsi para korban keracunan massal tersebut.
Sampel makanan yang telah diambil antara lain bakso, sate, siomay, es krim, dan krecek.
Selanjutnya, sampel makanan tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
Satu Dapur Produksi
Belakangan, siomay yang disajikan di acara arisan di Sanggrahan diduga menjadi penyebab puluhan orang keracunan.
Meski begitu, belum bisa dipastikan makanan atau minuman apa yang menjadi penyebab keracunan massal di dua desa di Sleman ini.
Namun, diketahui fakta bahwa siomay yang dikonsumsi oleh warga Dusun Sanggrahan, ternyata satu dapur produksi dengan siomay, yang menjadi salah satu hidangan di pesta pernikahan di Dukuh Krasakan.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Korban Keracunan Makanan Hajatan di Tempel Terus Bertambah, Pemkab Sleman Tetapkan KLB
(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (TribunJogja.com/Ahmad Syarifudin/Christi Mahatma Wardhani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.