Keracunan Massal di Sleman
Diperiksa Polisi Imbas Keracunan Massal 2 Desa di Sleman, Pembuat Siomay Minta Maaf
Pembuat siomay, makanan yang disajikan dalam 2 acara yang berujung keracunan massal di Sleman, D.I. Yogyakarta diperiksa polisi, kini minta maaf.
Penulis:
Nina Yuniar
Editor:
Pravitri Retno W
"Jadi adonan hari Kamis kemudian masukkan freezer, hari Sabtu pagi saya penyajian," ungkap Pipit.
Pipit biasa memproduksi adonan untuk siomay di tempat penggilingan daging di Tempel, yang selama ini menjadi langganannya.
Ia datang membawa daging dan bumbu yang telah diracik sesuai takaran untuk diolah menjadi adonan di tempat penggilingan.
Bahan tepung yang dibutuhkan, ia mempercayakan sepenuhnya kepada tempat penggilingan. Setelah adonan jadi, kemudian dibawa pulang olehnya.
"Langsung saya masukkan di freezer dulu. Setelah itu saya tambahin daun bawang dan wortel."
"Baru saya mulai buat berikutnya. SOP-nya seperti biasanya. Tak ada tambahan pengawet apapun. Itu yang yang biasa saya bikin dan saya juga nggak tahu, itu salahnya di mana," jelas Pipit.
"Saya juga pengen tahu juga, jika itu mungkin ada salah, itu salahnya di mana, saya juga pengen tahu," tambahnya.
Adapun, adonan Siomay untuk kegiatan bazar di Sumberejo diproduksi pada Jumat (7/2/2025). Hingga kini, belum ada laporan dugaan keracunan di Sumberrejo.
Pipit mengaku sudah mendatangi warga Sanggrahan untuk menjelaskan bagaimana prosedur pembuatan siomay tersebut.
Sementara, di acara pesta pernikahan di Dusun Krasakan, hingga kini belum ada kepastian penyebab makanan yang diduga membuat ratusan warga keracunan.
Sebab, dalam acara resepsi tersebut hidangan yang disajikan bukan hanya siomay olahan Pipit, melainkan juga terdapat sejumlah makanan lain seperti bakso, sate, es krim, dan krecek.
Pemeriksaan sejumlah sampel makanan yang hari itu dihidangkan, termasuk Siomay yang diproduksi oleh Pipit, kini masih dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) DIY.
Update Data Korban
Update data terakhir, korban keracunan di Dusun Krasakan berjumlah 162 orang. Setelah data divalidasi jumlahnya menjadi 148 orang, karena petugas menemukan ada nama yang tercatat dobel.
Dari jumlah tersebut, 47 orang di antaranya masih opname di rumah sakit, sedangkan korban lainnya rawat jalan.
Kepala Puskesmas Tempel 1, Diana Kusumawati, bersyukur hari ketiga penanganan, kasus mulai melandai.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.