Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut
Warga di Garut yang Ambil Sisa Amunisi usai Ledakan Disebut 'Warga Nakal' oleh Sesama Warga
Seorang warga menuturkan, petugas telah mengimbau untuk 'mendinginkan' tanah usai ledakan. Namun sejumlah warga tetap 'nakal' untuk mendekat
Penulis:
Muhammad Renald Shiftanto
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) berakhir tragis.
13 orang tewas karena terkena ledakan.
Dari 13 orang tersebut, baru sembilan orang yang teridentifikasi.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhana menuturkan, dari 13 orang yang meninggal, empat di antaranya merupakan anggota TNI.
Ia menuturkan, para korban tewas karena terkena ledakan amunisi dalam saat dilakukan pemusnahan amunisi tak layak pakai, Senin pagi.
Wahyu menuturkan, petugas yang melakukan pemusnahan sebelum meledakkan amunisi yang tak layak pakai telah melakukan pengecekan personel dan lokasi hingga dinyatakan aman untuk pemusnahan.
"Tim penyusun amunisi ini menyiapkan dua lubang sumur, lalu tim pengamanan masuk dan dinyatakan aman hingga dilakukan peledakan di dua sumur tadi," katanya, dikutip dari TribunJabar.id.
Anggota yang bertugas lantas menyiapkan satu lubang lagi untuk menghancurkan sisa detonator yang ada.
"Nah, saat tim penyusun tim amunisi menyusun amunisi aktif yang tak layak pakai di lubang itu, tiba-tiba terjadi ledakan hingga akibatkan 13 orang meninggal dunia karena ledakan," ujarnya.
Sementara itu, seorang warga bernama Heri Supriyadi (47) mengatakan, tiap ada pemusnahan amunisi, memang ada warga yang mencari serpihan amunisi sisa ledakan.
Kepada TribunJabar.id, serpihan tersebut nantinya dijual.
Baca juga: 5 Populer Regional: Viral Pria Pakai Toa Masjid Minta Pemilik Tuyul Tobat - Tragedi Ledakan di Garut
Meski begitu, para warga telah diimbau sebelumnya terkait bahayanya kegiatan pemusnahan amunisi ini.
"Betul, jadi warga ambil serpihan itu dan sama warga itu serpihannya dijual dan itu pun juga dihimbau dulu sebelum diambil," tuturnya.
Ia menuturkan, dalam bulan Mei 2025 ini, sudah ada dua kali kegiatan pemusnahan.
"Ini ledakan yang kedua kalinya, pertama kegiatan tanggal 6 Mei, dan dimulai lagi tanggal 12 Mei,"
"Jadi kegiatan ini seminggu sekali dilaksanakan," ungkap Heri.
Setelah ledakan terjadi, kondisi tanah masih panas dan harus didinginkan hingga beberapa jam.
"Kan tanah panas, kalau sudah ledakan didiamkan dulu beberapa jam," ujar Heri.
Ia menuturkan, petugas sudah memberi imbauan untuk menunggu terlebih dahulu.
Namun, ada beberapa warga yang tak mendengarkan imbauan dari petugas yang berjaga.
"Kalau yang nurut sama himbauan petugas ada, mungkin ada juga warga yang nakal, ga dengerin himbauan petugas," kata Heri.
Ia menuturkan, usai diledakkan sampai amunisi diambil oleh warga sekitar biasanya menunggu hingga empat jam.
"3 sampai 4 jam durasinya, kalau yang sudah mengikuti arahan petugas pasti dibolehkan mengambil serpihan amunisi tersebut," lanjut Heri.
Ia menuturkan, amunisi tersebut berbahan kuningan, besi, dan aluminium dengan nilai jual cukup tinggi.
Heri juga mengatakan, jarak lokasi ledak dengan petugas mencapai 500 meter.
"Kalau kedalaman lubang tergantung banyaknya amunisi yang diledakan, dan jaraknya lumayan jauh dengan lubang sama petugas kurang lebih 500 meter," ucap Heri.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Alasan Warga Memulung Sisa Pemusnahan Amunisi di Garut: Kuningan dan Alumunium Bernilai Tinggi
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Jaenal Abidin/Sidqi Al Ghifari)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.