Kamis, 28 Agustus 2025

Penerimaan Siswa Baru

Hanya Dapat 11 Siswa, Kepala SMK Swasta di Cirebon Sedih: Jangan Sampai Guru-guru Dipecat

SMK Veteran Cirebon hanya mampu menjaring 11 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026. Kondisi ini membuat Kepala Sekolah sedih, singgung nasib guru.

TribunCirebon.com/Eki Yulianto
SMK SEPI MURID - Suasana SMK Veteran Kota Cirebon. Sekolah ini hanya mampu menjaring 11 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026. Kondisi ini membuat Kepala Sekolah sedih, singgung nasib guru. 

TRIBUNNEWS.COM - SMK Veteran Kota Cirebon, Jawa Barat, hanya mampu menjaring 11 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026.

Jumlah tersebut menurun drastis dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 30 siswa.

Merosotnya pendaftaran ini disebut-sebut dipicu oleh kebijakan terbaru Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang membolehkan sekolah negeri menerima siswa hingga 50 orang per kelas.

Kebijakan tersebut dianggap memperburuk nasib Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta.

Kondisi ini pun membuat Kepala SMK Veteran Kota Cirebon, Wahyu Hidayat, sedih. Ia menyebut kondisi sekolah saat ini sangat memprihatinkan.

"Kondisinya memang sangat-sangat prihatin banget. Sangat-sangat terkena dampak dengan aturan-aturan terbaru."

"Otomatis ya kita harus banyak berdoa dan banyak mencari lagi. Cuma bingungnya, apakah ketika kita mencari itu masih ada?" kata Wahyu saat diwawancarai di sekolah, Jumat (11/7/2025), dilansir TribunCirebon.com.

Menurut Wahyu, jumlah siswa yang terus menurun ini berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan para guru.

"Sedihnya, S1 seorang guru yang mendidik anak bangsa, gajinya di bawah Rp300 ribu per bulan."

"Apakah pantas? Sebelum jadi kepala sekolah pun saya sudah merasakan penurunan finansial itu," urainya.

Wahyu berharap, pemerintah bisa merangkul sekolah-sekolah swasta kecil seperti SMK Veteran Kota Cirebon, bukan hanya mendengar kondisi sekolah swasta besar yang dianggap mampu.

Baca juga: Sulit Cari Siswa Baru, SMP di Karawang Terpaksa Kurangi Gaji Guru

Kendati demikian, ia enggan menyalahkan pemerintah terkait kondisi ini.

Namun, ia khawatir sekolah akan tutup jika kondisi ini terus berlanjut. Lebih lagi, terkait nasib para guru.

"Kami nggak mau menyalahkan pemerintah, cuma yuk duduk bareng, cari solusi. Jangan sampai guru-guru dipecat atau dirumahkan karena sekolahnya tutup."

"Kalau pemerintah ingin angkat siswa putus sekolah, kenapa tidak dibagi ke swasta juga? Supaya kesetaraan antara negeri dan swasta itu benar-benar nyata," tandasnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan