Kamis, 7 Agustus 2025

Jejak Mulia Masjid Raya Al Falah Sragen, Menyemai Ibadah di Tanah Wakaf PG Mojo

Masjid Raya Al Falah Sragen merupakan masjid yang berdiri diatas tanah pemberian dari Pabrik Gula Mojo Sragen pada tahun 1960-an.

mg/Nur Hidayah
AL FALAH - Bagian utama Masjid Al Falah Sragen, difoto pada Rabu (6/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah bangunan megah dengan menara yang menjulang gagah berdiri kokoh di pinggir jalan provinsi yang menghubungkan Provinsi Jawa Timur dengan ruas batas Kota Surakarta.

Bukan sekadar penanda geografis, Masjid Raya Al Falah seolah-olah menjadi mercusuar spiritual, pusat pendidikan, sekaligus denyut nadi kegiatan sosial masyarakat.

Saat adzan dikumandangkan, gema suaranya merdu meneduhkan, memanggil seluruh kalangan di penjuru kota untuk melepaskan hiruk pikuk keduniawian meski untuk sebentar. 

Memasuki pelatarannya yang luas nan rindang, jamaah akan disambut dengan suasananya yang tenang sembari disuguhkan teh jahe gratis buatan marbot dan relawan.

Semakin jauh kaki melangkah ke dalam, jamaah akan ditawarkan dengan sejumlah deretan pedagang umkm yang sedang menanti pembeli datang.

Tampak beberapa jemaah merebahkan badan di ubin serambi masjid beralaskan matras yang telah disediakan.

Masjid Raya Al Falah Sragen merupakan masjid yang berdiri diatas tanah pemberian dari Pabrik Gula Mojo Sragen pada tahun 1960-an.

Awalnya masjid ini dikenal dengan nama Masjid Al-Ittihad, namun setelah turun SK dari pemerintah kabupaten Sragen, masjid Al-Ittihad berganti nama menjadi Masjid Raya Al Falah Sragen.

Pada tahun 2000, melalui SK Bupati H.R Bawono memutuskan bahwa pemakmuran Masjid Raya Al Falah diberikan kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sragen

Ketua Takmir pada saat itu bernama Drs. H. Sauman, kemudian terjadi pergantian ketua takmir pada tahun 2015 menjadi Kusnadi Ikhwani S.P.

Pergantian ketua takmir masjid tersebutlah yang menjadi sebab atas transformasi masjid Al Falah yang dulu dan sekarang.

Baca juga: Kisah Penjual Sempol, Mengais Rezeki Lewat Program Pemberdayaan UMKM Masjid Al Falah Sragen

Selayaknya masjid pada umumnya di Indonesia, Masjid Raya Al Falah tidak mengusung arsitektur tertentu dalam pembangunannya. 

Menggunakan atap tumpang (bertingkat), berbentuk bujur sangkar, tanpa kubah, adanya serambi, dan terdapat menara yang terpisah.

Tidak menawarkan filosofi mendalam, Masjid Raya Al Falah Sragen justru menawarkan manajemen masjid modern untuk masa depan. 

Pada tahun 2018, sebuah visi masjid tercetuskan, yang disebut-sebut sebagai 3M, melayani, mencerahkan, dan membahagiakan.

Visi tersebut diterjemahkan menjadi sebuah program pelayanan yang berjalan selama 24 jam nonstop.

Keputusan ini awalnya menuai pertentangan, karena mengkhawatirkan perihal keamanan, namun justru kini menjadi kekuatan utama kehidupan masjid.

Dengan dibantu oleh empat orang satpam yang berjaga secara bergantian, Masjid Raya Al Falah membuka pintu gerbangnya untuk siapa saja dan kapan saja.

Dibalik ukiran pagar temboknya nan menawan, kehidupan shubuh menjadi salah satu program unggulan yang berusaha untuk digemakan.

Selepas subuh, jamaah tidak langsung beranjak untuk pulang, mereka akan diarahkan untuk membentuk lingkaran-lingkaran kecil dilanjutkan membaca al quran maupun mendengarkan kajian.

Sementara itu, suasana di sore hari kembali ramai dengan suara riang anak-anak yang belajar di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA).

Direktur Masjid Raya Al Falah, Muhammad Alan Putra Irawan, menyatakan bahwa program masjid Masjid Al Falah Sragen menekan pada fungsi sosial.

“Jadi Masjid Raya Al Falah itu adalah simbol masjid sentral di Sragen, yang berfokus pada program pelayanan, karena jamaah kita mayoritas orang-orang yang transit, jadi kami lebih fokus pada program pelayanan. Selain itu kami juga fokus sama fungsi masjid itu sendiri, pada fungsi sosial, fungsi pendidikan, dan ada public space juga, jadi masjid itu tidak hanya untuk sholat, tapi orang-orang juga datang untuk mencari solusi.” ujarnya pada Rabu, (6/8/2025).

Untuk menopang operasional, Masjid Raya Al Falah mendirikan Badan Usaha Milik Masjid (BUMM) atau bisa disebut dengan"Baitul Muamalah".

Unit usaha BUMM tersebut meliputi penyewaan WiFi, Alfalah Market, dan depot air isi ulang yang kemudian menjadi sumber pendapatan masjid.

Disisi lain, Masjid Al Falah Sragen juga memberdayakan UMKM sekitar masjid dengan mendirikan kios di area masjid dengan biaya sewa 0 rupiah alias gratis. 

Terdapat pula program "Kajian Pejuang Nafkah", sebuah pengajian yang ditujukan untuk masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. 

Pesertanya tidak hanya mendapat ilmu, tetapi juga pulang dengan membawa paket sembako

Selain itu, dalam pernyataanya Alan, mengungkapkan bahwa Masjid Raya Al Falah juga menjadi "rumah" bagi para ahlussuffah (sebutan bagi anak-anak muda yang tinggal dan mengabdi di masjid) 

“Mereka (ahlussuffah) datang dengan berbagai problematika, lalu dirangkul, diasuh, dan ditempa supaya menjadi talenta-talenta muda dalam mengemban amanah dakwah,” terangnya.

Alan juga berharap agar Masjid Raya Al Falah Sragen menjadi tempat yang dapat memberi manfaat tidak hanya sepiritual namun juga dapat difungsikan sebagai tempat untuk memajukan peradaban.

“Harapannya Masjid Al Falah ini bisa menjadi Madinah Al Munnawarah nya Sragen, yang bisa memberi manfaat tidak hanya secara spiritual, namun juga bisa berfungsi dalam mengemban dakwah. Selain itu juga bisa jadi tempat yang diperhitungkan oleh anak muda, dan masyarakat semakin me-notice masjid,” harapnya.

Salah seorang jemaah mengaku datang ke masjid Raya Al Falah karena merasa nyaman dengan suasana masjid dan pelayanannya yang maksimal.

“Saya sering ke sini, biasanya saya belanja dulu ke pasar, terus baru ke masjid. Disini nyaman, public spacenya terbuka, rindang,” ungkap Prapti (46), seorang ibu rumah tangga yang turut menjadi jamaah masjid  Raya Al Falah  Sragen.

Yoshua (14), seorang pelajar non-Muslim juga mengaku sering menghabiskan waktu di teras masjid bersama teman-temannya.

“Di sini tempatnya bersih, marbotnya baik, ada WiFi buat nunggu jemputan atau mabar (main bareng)," kata Yoshua polos.

Kini, Masjid Raya Al Falah Sragen bukan lagi sekadar alamat tanpa tuan, ia dikenal oleh masyarakat.

Masjid Raya Al Falah sragen telah bertransformasi menjadi destinasi rohani, tempat berlindung bagi orang yang memiliki masalah, inkubator bagi talenta muda, dan penggerak ekonomi umat.

 

(mg/Nur Hidayah)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan