Rabu, 20 Agustus 2025

Berita Viral

Nasib Miris Raya, Balita asal Sukabumi: Rumit Urus BPJS Kesehatan, Meninggal Dunia akibat Cacingan

Balita asal Sukabumi bernama Raya harus meninggal dunia setelah menderita cacingan. Namun selama dirawat, dirinya sulit untuk mengurus BPJS Kesehatan.

Freepik
BALITA MENINGGAL CACINGAN - Ilustrasi bayi. Seorang balita asal Desa Cinaga, Kecamatan Kabanduga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat bernama Raya (3) meninggal dunia setelah menderita cacingan akut sepanjang hidupnya. Saat dilarikan ke rumah sakit oleh organisasi kemanusiaan atau filantropi, Rumah Teduh, ternyata Raya tidak memiliki BPJS Kesehatan. Saat diurus, birokrasinya pun begitu rumit. Akibatnya, pihak Rumah Teduh harus menanggung biaya hingga puluhan juta rupiah. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 lalu. 

TRIBUNNEWS.COM - Nasib balita asal Desa Cinaga, Kecamatan Kabanduga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, bernama Raya (3) begitu tragis.

Ia dinyatakan meninggal dunia pada 22 Juli 2025 lalu, setelah menderita penyakit cacingan akut.

Hal ini diketahui dari unggahan video dari akun Facebook organisasi kemanusiaan atau filantropi Rumah Teduh yang viral.

Dalam video berdurasi sembilan menit tersebut, terlihat perjuangan Raya kala dirawat di ICU RSUD Kota Sukabumi.

Namun, karena Raya berlatar belakang keluarga tidak mampu, biaya perawatan pun tidak bisa dipenuhi oleh orang tuanya.

Akhirnya, relawan dari Rumah Teduh pun membawa Raya ke RSUD Kota Sukabumi untuk menjalani perawatan.

Ternyata, Raya tidak memiliki BPJS Kesehatan karena tak mempunyai kartu identitas seperti Kartu Keluarga (KK).

"Ketika Raya kami larikan ke RSUD dan malamnya harus masuk PICU, ternyata Raya tidak memiliki kartu identitas yang otomatis tidak memiliki BPJS Kesehatan baik yang bantuan pemerintah apalagi yang mandiri," kata pengisi suara dalam video tersebut.

Baca juga: Kebiasaan Raya, Balita Meninggal usai Tubuh Dipenuhi Cacing, Terbiasa di Kolong Rumah Bersama Ayam

Setelah itu, pihak Rumah Teduh membantu untuk mengurus administrasi terkait BPJS Kesehatan bagi Raya.

Namun, pihak rumah sakit hanya memberikan waktu 3x24 jam terkait kepengurusan administrasi tersebut sejak Raya pertama kali dirawat.

Jika melewati batas waktu tersebut, maka Raya akan masuk kategori pasien umum.

"Bila lewat dari tiga hari, maka administrasi Raya otomatis akan dicatat sebagai pasien dengan pembayaran tunai," ujar narator.

Nyatanya, birokrasi untuk mengurus BPJS Kesehatan bagi Raya begitu rumit. Pasalnya, relawan dari Rumah Teduh seakan hanya 'dioper' dari satu dinas ke dinas lain.

"Relawan kami dioper-oper dari satu dinas ke dinas lain untuk mendapatkan bantuan BPJS subsidi pemerintah bagi Raya. Berkejaran dengan waktu yang hanya tiga hari."

"Dari Dinsos Kota (Sukabumi) ke Dinsos Kabupaten (Sukabumi) dan lalu diarahkan lagi ke Kabid Limjansos (Perlindungan dan Jaminan Sosial)," jelas narator.

Rangkaian birokrasi yang rumit itu ternyata tidak menghasilkan keputusan apapun karena akhirnya pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menyatakan tidak memiliki anggaran untuk membantu subsidi perawatan Raya melalui BPJS Kesehatan.

"Dan memberikan solusi untuk Raya yang telah berhari-hari dalam keadaan koma dipindahkan saja ke Rumah Sakit Kabupaten Jampang," ujarnya.

Akhirnya, perawatan Raya pun ditanggung oleh Rumah Teduh Sukabumi. Pada batas akhir pengurusan administrasi BPJS Kesehatan, biaya perawatan Raya sudah menyentuh angka lebih dari Rp11 juta.

"Untuk per hari ini (biaya perawatan Raya) sudah mencapai Rp11.669.950," kata relawan Rumah Teduh, Dani, dalam video tersebut.

Namun, nasib berkata lain. Raya dinyatakan meninggal dunia pada 22 Juli 2025 lalu.

Di sisi lain, pihak Rumah Teduh Sukabumi masih harus membayar tagihan selama perawatan Raya yang sudah membengkak hingga mencapai lebih dari Rp23 juta.

Kades Sebut Raya Miliki Gaya Hidup Tak Sehat, Sering Main di Bawah Kolong Rumah

Kepala Desa (Kades) Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan Raya merupakan warga desanya.

Dia mengatakan penyakit yang diderita Raya karena minimnya pengawasan dari orang tua karena keduanya menderita gangguan mental.

"Kedua orang tuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya," kata Wardi kepada awak media di RSUD Sekawan Cibadak, Selasa (19/8/2025), dikutip dari Tribun Jabar.

Di sisi lain, Wardi mengatakan Raya juga memiliki gaya hidup yang tidak sehat karena bermain di bawah kolong rumah bersama ayam.

Kendati demikian, dia menuturkan sanak saudaranya kerap menjaga Raya dan kakaknya yang masih berusia 7 tahun.

Wardi mengaku kerap mengontrol kondisi keluarga Raya dan memberi sedikit rezeki untuk mereka.

"Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orang tuanya enggak bisa kerja juga," jelasnya.

"Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu, untuk Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (yang mengalami keterbelakangan mental)," sambungnya.

Baca juga: Balita di Sukabumi Meninggal karena Cacingan, Dedi Mulyadi Bakal Beri Sanksi ke Pemerintah Desa

Sebelum meninggal dunia, Raya disebut oleh Wardi sempat diduga mengalami penyakit paru-paru.

Namun, akibat keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan BPJS Kesehatan, maka pengobatan terhadap Raya menjadi terkendala.

"Dia punya penyakit demam kemudian diperiksa ke klinik puskesmas terdekat, ternyata dia punya penyakit paru. Udah gitu (keluarga) dia gak punya KK KTP sama sekali, desa tidak urus alhamdulillah," tutur Wardi Sutandi.

Wardi menuturkan pihak desa hanya mengetahui Raya dijemput oleh yayasan sosial memakai ambulans.

"Cuman setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans," ungkap Wardi.

"Pemerintah desa sudah tahunya sampai situ. Tapi sebelum dibawa (rumah teduh), Raya ini sering keluar masuk klinik dan Puskesmas," jelas dia.

Setelah kabar mengenai penyakit parah Raya menyebar, ia dirawat selama sekitar sembilan hari dengan bantuan filantropi tersebut. 

Nahas, Raya dikabarkan meninggal dunia pada akhir 22 Juli 2025.

"(Raya dikabarkan meninggal) saya kumpul, dan mayat tersebut datang. Dikuburkan malam hari," jelas Wardi.

Jadi Sorotan Dedi Mulyadi, Bakal Sanksi Pemerintah Desa

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, prihatin dan meminta maaf atas meninggalnya Raya akibat menderita penyakit cacingan akut.

"Saya menyampaikan prihatin dan rasa kecewa yang mendalam dan permohonan maaf atas meninggalnya balita usia tiga tahun dan dalam tubuhnya dipenuhi cacing," kata Dedi dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, Selasa (19/8/2025).

Imbas insiden tersebut, Dedi menyebut sudah menghubungi dokter yang menangani Raya.

Dokter itu, kata Dedi, mengatakan penyakit yang diderita Raya diduga akibat lingkungan tempat tinggalnya yang tidak bersih sehingga membuat cacing masuk ke tubuh Raya.

Dedi juga memperoleh informasi bahwa Raya kerap bermain di kolong rumahnya bersama dengan ayam.

Baca juga: Habiskan Dana Rp122 Miliar, Islamic Center Indramayu Terancam Ambruk, Dedi Mulyadi Perintahkan Audit

Dia menduga hal tersebut mengakibatkan Raya menderita penyakit cacingan.

"Dia sejak balita sering berada di kolong rumah bersama dengan ayam dan kotoran sehingga mungkin dia sering kali tangannya tidak dicuci dan mulutnya kemasukkan cacingan. sehingga menimbulkan cacing yang akut," kata Dedi

Dedi menegaskan pihaknya bakal memberikan sanksi kepada pemerintah desa dan pihak terkait karena dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya.

Dia mengatakan berbagai pihak seperti posyandu dan bidan desa seakan tidak menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan dasar kepada Raya.

"Dimungkinkan saya akan memberikan sanksi bagi desa tersebut karena fungsi-fungsi pokok pergerakan PKK nya tidak jalan, fungsi posyandunya tidak berjalan, dan fungsi kebidanannya tidak berjalan. sanksi-sanksi akan kami berikan pada siapa pun dan daerah mana pun yang terbukti tidak memberikan perhatian kepada masyarakat," ujar Dedi.

Dedi mengungkapkan sudah mengirimkan tim untuk mengevakuasi orang tua Raya agar dirawat.

Pasalnya, ibu Raya menderita gangguan jiwa, sementara sang ayah mengidap penyakit TBC.

"Hari ini, kami sudah mengirim tim untuk mengangkut seluruh keluarga tersebut agar keluarganya juga dirawat karena menderita TBC," ucapnya.

Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jabar dengan judul "Sosok Kades Cianaga Wardi Sutandi di Sukabumi Disorot Dedi Mulyadi atas Kasus Bocah Penuh Cacing"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jabar/Rheina Sukmawati)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan