Balita Tewas karena Cacingan Akut
Kehidupan Sehari-hari Balita Raya Suka Main di Tanah, sang Bibi Sebut Sudah Lama Tak Terima Bantuan
Terungkap kehidupan sehari-hari balita Raya yang meninggal cacingan. Sering main di tanah. Kondisi ibunya tidak beres.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Kejadian pilu menimpa seorang anak bawah lima tahun (balita) bernama Raya (4) asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Raya meninggal dunia dengan kondisi tubuhnya dipenuhi cacing pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB lalu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, Kota Sukabumi.
Kabar meninggalnya Raya baru ramai diperbincangan akhir-akhir ini setelah video dan foto terkait kondisinya viral di media sosial.
Terdapat cacing-cacing berukuran besar yang berhasil dikeluarkan dari tubuh mungkil balita Raya.
Bibi dari balita Raya bernama Endah membongkar kehidupan sehari-hari dari ponakannya.
Ia membenarkan Raya sering bermanin-main di atas tanah.
Baca juga: Penjelasan Lengkap Kemenkes Terkait Kasus Balita Raya di Sukabumi
"Sehari-hari dia emang suka (main) di tanah," katanya, dikutip dari kanal YouTube Official iNews, Kamis (21/8/2025).
Endah melanjutkan, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, termasuk urusan makanan Raya, keluarganya kerap menerima pemberian dari tetangga-tetangga.
Kondisi tersebut tidak lepas dari keluarga Raya yang tergolong miskin.
"Dia orang enggak punya. Siapa yang ada yang ngasih ya dimakan," tambah Endah.
Endah dalam kesempatannya juga menyinggung perihal bantuan dari pemerintah desa hingga RT/RW.
Ia mengaku sempat keluarga balita Raya menerima bantuan.
Namun akhir-akhir ini dan menjelang kepergian Raya, keluarganya tidak lagi tersentuh uluran tangan.
"Dulu (bantuan) emang ada. Tapi sudah lama enggak (menerima bantuan)," aku Endah.
Dapat obat cacing
Endah menambahkan balita Raya rutin sebulan sekali dibawa ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Setiap bulannya petugas memberikan obat cacing.
Obat tersebut diberikan kepada ibu Raya.
Namun, Endah tidak dapat memastikan apakah obat tersebut diminumkan ke Raya atau tidak.
"Emang suka dikasih obat cacing, tapi enggak tahu dikasih sama ibunya tahu enggak gitu," tegas dia.
Endah turut mengungkap, balita Raya kerap mengeluh sakit perut.
Selain itu, ia juga sering diserang batuk serta pilek.
Akan tetapi setiap mengeluh sakit, balita Raya tidak dibawa ke rumah sakit.
Ia diobati di rumah dengan diberi obat yang biasa dibeli di warung.
"Agak pernah (di bawa ke rumah sakit). Biasanya cuma panas paling dikasih bodrexin," lanjutnya.
Terakhir Endah mengungkap kondisi keluarga balita Raya.
Ia menyebut Raya sehari-hari dirawat oleh ibu dan neneknya.
Akan tetapi, kondisi ibu Raya dalam kondisi tidak normal.
"Emang kondisi ibunya Raya emang enggak beres gitu. Ayahnya juga begitu," aku Endah.
Belakangan diketahui, ibu Raya adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), sedangkan ayahnya mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC.
Baca juga: Iin Achsien, Sosok di Balik Viralnya Raya, Balita di Sukabumi yang Meninggal akibat Cacingan Ekstrem
Dokter Ungkap Keparahan Kondisi Raya
Ketua Tim Penanganan RSUD R Syamsudin, Dokter Irfan Nugraha mengatakan, infeksi cacing pada anak-anak umum terjadi.
Namun, kebanyakan kasus masih bisa ditangani jika terdeteksi lebih awal.
"Sebenarnya infeksi cacing itu relatif sering pada pasien anak. Tapi tidak sampai separah ini," kata Irfan, Rabu (20/8/2025), dilansir TribunJabar.id.
Akan tetapi, pada kasus Raya, tingkat keparahan dan jumlah cacing yang ditemukan sudah sangat banyak.
"Kalau cacing sudah muncul saat buang air besar, biasanya sudah bisa ketahuan. Tapi dalam kasus Raya, cacingnya sudah besar-besar dan jumlahnya sangat banyak," ungkapnya.
Cacing gelang berkembang biak di lingkungan tanah.
Telur cacing bisa masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau secara tidak sengaja tertelan saat tangan yang kotor masuk ke mulut.
Dalam kasus Raya, bocah itu diketahui tinggal di rumah panggung yang langsung berdiri di atas tanah tanpa lapisan semen atau aspal.
Raya pun terbiasa bermain di kolong rumah bersama ayam dan kotoran. Hal ini diduga menjadi pemicu bocah itu mengalami cacingan.
Saat anak bermain di tanah tanpa perlindungan, seperti alas kaki atau mencuci tangan setelahnya, potensi infeksi cacing sangat tinggi.
"Kalau melihat faktor lingkungannya, sangat mungkin dia tertular dari tanah. Bisa saja saat bermain, tangan menyentuh tanah yang mengandung telur cacing, lalu masuk ke mulut," beber Irfan.
Setelah telur cacing masuk ke tubuh, butuh waktu sekitar 2-3 minggu untuk menetas di dalam usus.
Namun, sebelum menjadi dewasa, telur akan melalui fase larva. Di fase ini, cacing dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, termasuk ke paru-paru, ginjal, hingga otak.
Irfan melanjutkan, kondisi yang dialami Raya sudah cukup parah lantaran infeksi sudah menyebar ke paru-paru dan otak.
"Dalam kasus ini, infeksi sudah menyebar ke paru-paru dan otak. Cacing ditemukan keluar dari hidung, artinya dia sudah mencapai saluran napas atau pencernaan bagian atas," tandasnya.
Lebih lagi, cacing di dalam tubuh bocah itu sudah tak terhitung jumlahnya.
"Sudah sangat terlambat saat sampai ke rumah sakit. Jumlah cacing dalam saluran pencernaannya sangat banyak," sambungnya.
Irfan menambahkan, Raya masuk RSUD R Syamsudin pada 13 Juli 2025 sekira pukul 20.00 WIB.
Raya menjalani perawatan intensif selama sembilan hari hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir pada 22 Juli 2025.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul RSUD Syamsudin Jelaskan Kondisi Raya, Bocah yang Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing di Sukabumi
(Tribunnews.com/Endra/Nanda Lusiana, TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.