Kamis, 11 September 2025

Anggota Komisi VIII DPR RI Sangat Menyayangkan Peristiwa Bunuh Diri Ibu-Anak di Bandung

Kekerasan mental disebabkan karena ekonom yang terpuruk seringkali membuat masalah. Tanpa solusi dan berjangka, bunuh diri merupakan cara praktis

|
Editor: Glery Lazuardi
TribunStyle.com - Tribunnews.com
Ilustrasi jasad manusia 

TRIBUNNEWS.COM - Kasus bunuh diri ibu dan anak yang terjadi di Banjaran, Kabupaten Bandung, mendapatkan perhatian anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Hj. Ansari. Menurutnya kasus tersebut terjadi karena beberapa faktor. 

Dikatakan, gangguan psikis bisa terjadi karena tipisnya iman, tekanan perekonomian termasuk kondisi lingkungan. Kondisi ini membuat seseorang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. 

“Ada beberapa penyebab, mulai kondisi tipisnya keimanan, pendidikan, faktor tekanan sosial akibat perekonomian juga menjadi peyebab seseorang mengalami guncangan kejiwaan. Dengan kondisi jiwa yang terguncang seringkali sesorang mengambil jalan pintas untuk bunuh diri,” kata Ansari dalam siaran persnya, Senin (8/9/2025) pagi. 

Sebelumnya diketahui peristiwa tragis mengguncang Kabupaten Bandung pada Jumat dini hari, 5 September 2025, saat seorang ibu berinisial EN (34 tahun) ditemukan tewas gantung diri setelah diduga meracuni kedua anaknya yang masih sangat kecil (9 tahun dan 11 bulan), di rumah kontrakan mereka di Kampung Cae, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran. 

Ansari menilai peristiwa itu sangat memilukan sehingga menyarankan pemerintah yaitu Kementerian PMK Pratikno dan KPPPA menunjukkan kesadaran terhadap pentingnya deteksi dini, layanan konseling, serta pemberdayaan ekonomi ibu rumah tangga. 

“Tragedi ini menggarisbawahi betapa sistem perlindungan sosial saat ini masih belum cukup kuat dan responsif untuk mencegah krisis seperti ini,” tuturnya. 

Di sisi lain, ia juga mendorong penguatan regulasi pinjol dan judi serta edukasi publik soal risiko utang online dan bahaya finansial jangka pendek. Termasuk memperluas layanan konseling psikososial secara gratis di Puskesmas, sekolah, dan komunitas lokal. 

“Melalui integrasi screening kesehatan mental dalam layanan kesehatan primer untuk mengenali tanda-tanda distress pada keluarga berisiko,” tuturnya. 

Sementara untuk membantu ekonomi, Ia juga mendorong program wirausaha mikro, pelatihan keahlian, akses kredit usaha mikro tanpa bunga, khususnya untuk ibu sebagai kepala rumah tangga. 

“Kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga keuangan inklusif untuk membuka peluang ekonomi,” tambah Ansari. 

Sedangkan menjaga kejadian serupa tak terulang, ia menyarankan adanya keterpaduan antara pemerintah pusat, daerah, peran tokoh agama, lembaga perlindungan perempuan dan anak, serta lembaga sosial untuk menciptakan sistem deteksi dini masalah mental dan ekonomi. 

“Peristiwa keji ini bukan sekadar kehilangan nyawa, tetapi juga panggilan darurat nasional, bahwa tanpa sistem perlindungan sosial yang tangguh, serta akses ekonomi dan kesehatan mental yang merata, masih ada keluarga di ujung jurang yang merasa bunuh diri sebagai satu-satunya jalan keluar,” jelasnya. 

Ia berharap tragedi ini menjadi momentum bagi negara, tokoh agama, masyarakat, dan keluarga untuk bersinergi, lebih peka, dan lebih cepat bergerak dalam melindungi warga yang rentan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan