Menyingkap Jejak Moksa Prabu Sri Aji Jayabaya di Desa Menang Kediri
Bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri, petilasan ini bukan sekadar objek wisata tetapi warisan leluhur.
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Menyingkap Jejak Moksa Prabu Sri Aji Jayabaya di Desa Menang Kediri
Choirul Arifin/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Di balik hiruk-pikuk kehidupan kotanya yang semakin modern, Kediri menyimpan sebuah tempat yang masih dipenuhi kisah-kisah mistis sekaligus spiritual yakni Petilasan Pamukasan Sri Aji Joyoboyo.
Situs bersejah ini diyakini sebagai tempat Prabu Jayabaya—raja bijaksana Kerajaan Kadiri—bertapa dan meninggalkan jejak batin yang hingga kini tetap hidup dalam ingatan masyarakat.
Baca juga: Kronologi Kepala Arca Ganesha Dijarah saat Kerusuhan di Kediri, Ditemukan Siswa SMA di Pinggir Jalan
Nama Jayabaya tak bisa dilepaskan dari Jangka Jayabaya, ia dikenal akan kesaktiannya melalui ramalan yang disebut-sebut mampu meramalkan peristiwa besar Nusantara, dari penjajahan bangsa asing, masa sulit yang panjang, hingga tibanya zaman kemerdekaan.
Ramalan ini tak hanya beredar dari mulut ke mulut, tetapi juga mengakar kuat sebagai bagian dari tradisi lisan Jawa.
Tak heran jika petilasan ini sering dianggap sebagai ruang bersemayamnya energi masa lalu—tempat di mana doa, harapan, dan rasa penasaran bercampur menjadi satu.
Setiap hari, terutama menjelang malam Jumat, petilasan ini tak pernah sepi. Warga datang dari berbagai daerah untuk berziarah, menyalakan dupa, dan merapalkan doa.
Bagi sebagian orang, berkunjung ke sini adalah cara mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, sekaligus mencari ketenangan batin.
“Kalau saya ke sini, rasanya adem. Ada yang beda dari tempat lain,” ujar Sulastri (45), seorang peziarah asal Nganjuk. Ia mengaku rutin datang setiap bulan untuk berdoa agar usaha keluarganya selalu diberi kelancaran dan kesehatan.
Tentu saja di balik energi yang bersemayam, ada kisah mistis yang santer terdengar. Beberapa pengunjung mengaku pernah mencium wangi bunga tiba-tiba, mendengar suara gamelan samar, hingga merasakan seolah sedang diawasi.
Meski sulit dibuktikan secara logika, cerita-cerita itu justru membuat daya tarik petilasan semakin kuat.
Moksa: Jejak Perjalanan Raja Jayabaya
Salah satu kepercayaan yang melekat erat pada Jayabaya adalah bahwa ia tidak meninggal secara biasa, melainkan moksa—lenyap bersama raga menuju alam lain.
Keyakinan ini membuat petilasan Pamukasan dihormati bukan hanya sebagai tempat bertapa, tetapi juga diyakini sebagai titik peralihan Jayabaya dari dunia fana menuju keabadian.
Bagi masyarakat Jawa, moksa menandai kesempurnaan hidup seorang manusia, dan bagi Jayabaya, itu menjadi simbol kebijaksanaan sekaligus keagungan yang melampaui batas waktu.
Sendang Tirto Kamandanu: Sumber Kehidupan dan Ritual
Tak jauh dari bangunan utama, terdapat Sendang Tirto Kamandanu, kolam alami dengan mata air yang mengalir melalui tiga tingkatan: sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian.
Airnya dipercaya memberi manfaat bagi kehidupan, serta membawa berkah bagi mereka yang menggunakannya.
Kolam ini juga dilengkapi dengan arca Syiwa Harihara (simbol perdamaian) dan Ganesha, menandakan harmoni spiritual dan kebijaksanaan.

Setiap tanggal 1 Sura, masyarakat mengadakan upacara adat di kawasan sendang, berupa prosesi ritual napak tilas untuk menghormati Jayabaya. Upacara ini menjadi momentum sakral, di mana mistis dan budaya berpadu, menarik perhatian peziarah dan wisatawan.
“Kalau cuci muka di sumur itu bisa bikin bersih aura dan awet muda,” tutur Mbah Sempu (77), sesepuh desa yang sejak kecil sudah mendengar kisah tentang kesaktian air sendang.
Warisan Jawa Timur yang Terus Hidup
Bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri, petilasan ini bukan sekadar objek wisata tetapi warisan leluhur.
Keteguhan mereka menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dengan khidmat, menghargai keteguhan masyarakat di Jawa Timur dalam menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya.
Sebagian orang menganggap ini adalah tempat untuk ngalap berkah; bagi yang lain, ruang untuk menapaktilasi sejarah; dan bagi sebagian lainnya, sekadar destinasi wisata dengan nuansa mistis yang tak ditemukan di tempat lain.
Yang jelas, petilasan ini terus menjadi saksi bagaimana warisan leluhur tidak hanya bertahan dalam ingatan, sekaligus memberi denyut ekonomi kecil bagi masyarakat setempat.
Petilasan Pamukasan Sri Aji Jaya Baya
Ini merupakan pusat sejarah dan cikal bakal berdirinya kediri. Moksa adalah konsep agama Hindu yang berarti pembebasan atau kebebasan dari ikatan duniawi, nafsu, dan karma.
Sementara, Sendang Tirto Kamandanu yang berarti kolam alami yang berisi sumber mata air yang memberi kegunaan beraneka ragam bagi makhluk hidup.
Tempat ini dianggap sebagai bagian tak terpisah dari petilasan Sang Prabu.
Setiap tanggal 1 Sura di penanggalan Jawa diadakan upacara adat dengan berbagai prosesi ritual napak tilas untuk menghormati Jayabaya.
Bangunan utama, kolam pemandian yang airnya selalu mengalir melalui tiga tingkatan. Yaitu sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian. Kolam ini dilengkapi dengan Arca Syiwa Harihara (perdamaian) dan Ganesha.
“Jika cuci muka di sumur itu bisa bikin bersih aura dan awet muda,” ungkap Mbah Sempu (77) sesepuh setempat.
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menyambut baik upaya pelestarian situs bersejarah seperti Petilasan Sri Aji Joyoboyo di Kabupaten Kediri untuk mendukung pengembangan destinasi pariwisata.
“Saya selaku kepala daerah sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk introspeksi diri, untuk melihat apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan ke depan,” ungkapnya.
Kronologi Kepala Arca Ganesha Dijarah saat Kerusuhan di Kediri, Ditemukan Siswa SMA di Pinggir Jalan |
![]() |
---|
Arca Kepala Ganesha di Museum Bagawanta Bhari Kediri Masih Hilang |
![]() |
---|
Demo Ricuh di Kabupaten Kediri, 24 Orang jadi Tersangka dan Kerugian Capai Rp500 Miliar |
![]() |
---|
Ketua Umum Gekrafs Kawendra Minta Pelaku Perusak Cagar Budaya Ditindak Tegas |
![]() |
---|
Museum Bagawanta Kediri Jadi Korban Kerusuhan, Empat Artefak Purbakala Berharga Hilang Dijarah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.