Kemendes Dorong Petani Kakao di Distrik Ransiki Papua Barat Terus Lakukan Inovasi
Kemendes berkolaborasi dengan petani kakao distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan untuk terus berinovasi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) berkolaborasi dengan petani kakao distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari Selatan untuk terus berinovasi, antara lain lewat Rumah Inovasi dan Teknologi Desa (RITD).
Bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD), petani Kakao di sejumlah kampong di Kab. Manokwari Selatan itu bertransformasi jadi pusat pengetahuan dan penggerak ekonomi lokal.
“Petani kakao di Ransiki memiliki potensi besar. Produksi rata-rata kakao Ransiki saat ini mencapai 4 ton per bulan. Melalui Rumah Inovasi Desa, mereka tidak hanya menanam tetapi juga berinovasi sehingga bisa menaikkan volume produksi dan nilai ekonomi lebih tinggi,” kata Zainuddin Maliki selaku Sekretaris Eksekutif Strategic policy Unit (SPU) Program TEKAD Kemendes PDT saat melakukan tiga hari kunjungan lapangan ke enam kampong di Manokwari Selatan, dikutip Selasa (7/10/2025).
Adapun kunjungan lapangan SPU TEKAD ini bertujuan mendapatkan data dalam upaya memperkuat kapasitas petani kakao melalui pengembangan Rumah Inovasi dan Teknologi Desa (RITD), kerja sama antara Kemendes PDT dan IFAD.
RITD merupakan wadah kolaborasi antara pemerintah, masyarakat desa, akademisi, dan sektor swasta untuk memperkenalkan teknologi tepat guna.
RITD juga memperbaiki mutu biji dan bibit kakao, mendorong inovasi lokal di sektor pertanian.
Dalam kegiatan tersebut, tim TEKAD meninjau demplot kakao di enam kampong Sabiri, Kobrey, Abreso, Hamawi, Nuhuwei dan Hamor berdialog dengan kelompok tani, perangkat Desa, pendamping dan pemerintah daerah mengidentifikasi peluang peningkatan nilai tambah produk kakao.
Dia mengatakan bahwa Kabupaten Manokwari Selatan memang dikenal sebagai salah satusentra kakao unggulan di Tanah Papua. Data terbaru menunjukkanluas lahan kakao di Kecamatan Ransiki saja mencapai hampir 2000h hektar.
"Meski data yang kami peroleh sekitar 200 hektar yang sudahberproduksi dan menghasilkan kakao kering secara konsisten," ujar Penasihat Menteri Desa dan PDT itu.
Dalam dialog yang juga dihadiri Syahrial selaku Asisten 1 Pemkab Manokwari, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Papua Barat, Legianus Wanimbo, para petani menyatakan perlunya peremajaan tanaman tua, penguatan koperasi petani, dan peningkatan standar mutu pascapanen agar nilai jual kakao petani dapat meningkat.
Melinius Induwek selaku Kepala Kampong Kobrey mengatakan saat ini yang dibutuhkan adalah peremajaan tanaman tua.
"Kami juga membutuhkan dukungan inovasi teknologi budidaya kakao mulai dari penyediaan bibit hingga peningkatan standar mutu pascapanen agar nilai jual kakao petani dapat meningkat," ungkapnya.
Zainuddin menegaskan bahwa Kemendes melalui program RITD TEKAD di samping inovasi dan peremajaan juga mendorong hilirisasi kakao seperti melalui fermentasi hingga mendapatkan kualitas premium.
"Harga kualitas premium bisa mencapai Rp 190.000/kg, jauh di atas harga rata-rata nonfermentasi," tandas dia.
Melawan Tren Penurunan Profesi Petani, Zulkifli Buktikan Bertani Bisa Menghidupi |
![]() |
---|
Nilai Tukar Petani September Tembus 124,36: Bukti Kesejahteraan Petani Meningkat |
![]() |
---|
SGN dan ID Food Serap 121 Ribu Gula Lokal, Petani Diminta Tak Khawatir Harga Anjlok |
![]() |
---|
Ombudsman Ungkap Keluhan Petani Terkait Pupuk Subsidi: Sering Ganti Kebijakan |
![]() |
---|
Dapat Penugasan, Bulog Kembali Serap Gabah Petani dengan Harga Rp6.500 per Kg |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.