Nilai Tukar Petani September Tembus 124,36: Bukti Kesejahteraan Petani Meningkat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 sebesar 124,36, atau naik 0,63 persen dibanding bulan lalu.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 sebesar 124,36, atau naik 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 123,57.
Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan bahwa kenaikan NTP terutama dipengaruhi oleh sejumlah komoditas unggulan.
“Nilai Tukar Petani atau NTP September 2025 tercatat sebesar 124,36 atau naik sebesar 0,63 persen dibandingkan dengan Agustus 2025. Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau It naik sebesar 0,71 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,08 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan indeks harga yang diterima petani nasional adalah kopi, kelapa sawit, cabai merah, dan karet,” ujar Habibullah, Rabu (01/10/2025).
Menurutnya, subsektor dengan kenaikan tertinggi adalah Tanaman Perkebunan Rakyat yang mencatat peningkatan NTP sebesar 1,57 persen.
“Hal ini karena It naik sebesar 1,68 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib yang sebesar 0,9 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan It adalah kopi, kelapa sawit, karet, dan cengkeh,” jelasnya.
Baca juga: Beras Alami Deflasi 0,13 Persen pada September 2025, Akhiri Tren 4 Tahun Inflasi
Subsektor lain yang juga menjadi penopang adalah Peternakan dengan kenaikan NTP sebesar 1,51 persen.
“Peternakan mengalami peningkatan NTP karena It naik sebesar 1,62 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib yang sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan It adalah ayam ras, daging, telur ayam ras, ayam kampung atau buras, serta sapi potong,” tambah Habibullah.
BPS juga menymapiakan kondisi lonjakan produksi yang signifikan sepanjang tahun. Berdasarkan hasil KSA BPS, produksi beras Januari–November 2025 diproyeksikan mencapai 33,19 juta ton, meningkat 12,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2024 (29,47 juta ton).
Lonjakan produksi ini memastikan ketersediaan pasokan beras nasional berada pada posisi aman, bahkan melampaui capaian produksi sepanjang 2024 yang hanya mencapai 30,34 juta ton.
“Dengan produksi Januari–November yang diperkirakan menembus 33 juta ton, ketersediaan pangan pokok kita semakin terjamin. Beras bukan lagi faktor pendorong inflasi, melainkan penopang stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” ungkap Habibullah.
Secara keseluruhan, dari 38 provinsi yang diamati BPS, 25 provinsi mengalami kenaikan NTP. Papua Barat Daya mencatat kenaikan tertinggi sebesar 5,62 persen.
Selain NTP, BPS juga mencatat Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada September 2025 sebesar 128,28 atau naik 0,56 persen dibanding bulan sebelumnya.
Baca juga: Jawab Aspirasi Petani Indramayu, Mentan Amran Beri Solusi Cepat dan Tegas
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
| Kementan: Indonesia Surplus Beras 4 Juta Ton, Swasembada Tetap Jadi Prioritas |
|
|---|
| Perkuat Ketahanan Pangan, Kementan Dorong Pengelolaan Varietas Tanaman dan Perizinan Pupuk-Pestisida |
|
|---|
| Hasil Survei Litbang Kompas: Angka Kepuasan Terhadap Kinerja Kementan Capai 71,5 Persen |
|
|---|
| Mentan Amran Fokus Hilirisasi Pertanian Nasional Usai Target Pangan Tercapai |
|
|---|
| Pemerintah Dorong Hilirisasi Kelapa, Mentan Amran: Nilai Devisa Bisa Tembus Rp2.400 Triliun |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.