Tak Punya Seragam, Anak di Maluku Putus Sekolah Meski SMP Beberapa Meter dari Rumah
Kisah pilu ibu di Maluku Tengah, anaknya putus sekolah karena tak mampu beli seragam, kini kembali belajar lewat Sekolah Rakyat.
TRIBUNNEWS.COM - Potret pendidikan di Indonesia mengundang keprihatinan.
Sejumlah permasalahan masih dialami mulai dari ketimpangan akses pendidikan, kualitas guru yang belum merata, tingginya angka putus sekolah, infrastruktur sekolah yang rusak dan ketimpangan digital.
Salah satu cerita dari Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Sumiati (33), orang tua di Maluku Tengah, menceritakan bagaimana anaknya harus putus sekolah karena tidak mampu beli seragam. Anaknya bersekolah di Sekolah Rakyat Terintegrasi 73 Maluku Tengah.
Sekolah Rakyat Terintegrasi adalah program pendidikan inklusif berasrama yang dirancang untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, dengan pendekatan holistik yang menggabungkan pendidikan formal, pengasuhan, dan pembinaan karakter.
Namun, anak Sumiati tidak dapat sekolah karena tidak mempunyai uang membeli seragam.
Seragam merupakan salah satu kebutuhan primer anak sekolah.
Harga satu set seragam bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Jika ada lebih dari satu anak sekolah, beban biaya makin berat.
Beberapa sekolah menegakkan aturan ketat soal seragam, sehingga siswa yang tidak patuh bisa dilarang masuk.
Dalam keluarga miskin, kebutuhan makan dan kesehatan lebih mendesak daripada seragam. Akibatnya, pendidikan jadi pilihan terakhir, bukan prioritas.
Momen pembukaan Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Pemeriksaan Kesehatan siswa di Masohi, Senin (6/10/2025).
Sumiati bercerita, saat anaknya hendak masuk ke jenjang SMP, sang anak tak punya pakaian seragam sekolah. Alhasil, anaknya lebih memilih putus sekolah.
Ibu dari tujuh anak itu berdomisili di Dusun Amdua, Negeri Sepa, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.
Mama Sumiati (37), mengisahkan anaknya terlambat sekolah, bahkan tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan.
"Jadi anak saya tidak masuk sekolah SMP karena tidak ada baju sekolah SMP, jadi dia tidak mau masuk sekolah lagi. Anak saya malu hati (canggung) dengan teman-teman seusianya," jelas Sumiati.
Kemudian dirinya menerima informasi dari Pendamping PKH untuk Sekolah Rakyat
Sumber: Tribun Ambon
Gugus Tugas Sekolah Rakyat Bangun Sistem Pengendalian, Atasi Masalah Secepat Mungkin |
![]() |
---|
Mensos Gus Ipul Apresiasi Keteguhan Ibu Tunanetra di Sekolah Rakyat Banyuwangi |
![]() |
---|
Viral Siswa SD di Sukabumi Belajar Tanpa Meja, Dedi Mulyadi Sentil Dinas Pendidikan dan Bupati |
![]() |
---|
Sido Muncul dan Pemprov Malut Jajaki Kerja Sama: Operasi Katarak Gratis hingga Promosi Pariwisata |
![]() |
---|
Komdigi Dorong Literasi Program Koperasi Desa Merah Putih dan Sekolah Rakyat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.