Komunitas Dewa Siwa Bangkit Kembali, Suntikkan Semangat Baru Pelestarian Cagar Budaya Semarang
Komunitas Dewa Siwa menunjukkan kebangkitannya kembali dengan menggelar acara blusukan ke situs-situs sejarah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Ringkasan Berita:
- Komunitas Dewa Siwa kembali menggelar acara blusukan sejarah setelah lama vakum
- Blusukan dilakukan di Situs Kalinjaro, Situs Lembah Gana, dan Situs Ganesha Besar
- Dewa Siwa berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan mengedukasi masyarakat
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG – Komunitas Dewa Siwa, sebuah wadah yang berisi para pegiat sejarah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menunjukkan kebangkitannya kembali dengan menggelar acara blusukan akbar, Minggu, (12/10/2025).
Blusukan atau jelajah situs sejarah kali ini mengusung tema Jelajah Gajah Semarang dan difokuskan pada tiga situs arca Ganesha atau gajah antropomorfik di Kabupaten Semarang.
Tiga situs itu ialah Situs Kalinjaro di Sendang Ndaru, Situs Lembah Gana yang berjarak sekitar 500 meter dari Kalinjaro, dan Situs Arca Ganesha Besar. Semuanya terletak di Kecamatan Bergas.
Tribunnews berkesempatan mengikuti acara hingga selesai bersama puluhan peserta yang berasal dari berbagai daerah, tidak terbatas hanya dari Semarang saja.
Titik blusukan pertama, yakni Situs Kalinjaro, berisi satu arca Ganesha besar dengan sejumlah batu yang diduga adalah bekas petirtaan.
Muchtar, Ketua Komunitas Karangjati Nyawiji yang ikut hadir dalam blusukan, berkata arca ini tidak asli dari sendang, tetapi dipindahkan dari tempat lain.

Kondisi arca tampak begitu memprihatinkan. Arca dan keempat tangannya telah lenyap. Di depan arca terdapat dupa yang menandakan arca masih digunakan untuk keperluan pemujaan.
Salah satu keunikan Ganesha ini ialah adanya motif seperti motif kain batik pada arca.
“Di Semarang, yang menjadikan Ganeha ini unik adalah atribut yang dipakai, kain yang dipakai. Biasanya kita menemukan polosan. Berkain, tapi polos. Ini ada motifnya,” kata Wahyuni Klisdiarto, anggota Dewa Siwa, sembari menunjukkan motifnya.
Sementara itu, Ancah Yosi Cahyono, pegiat sejarah dan cagar budaya, menyampaikan bahwa arca Ganesha yang ditemukan di Indonesia tidaklah mempunyai satu bentuk serupa. Terdapat beragam variasi yang menyesuaikan dengan daerah setempat.
“Ganesha salah satu arca yang banyak mengadopsi berbagai perkembangan budaya wilayah atau juga bisa dikembangkan dari makna filosofis yang ingin disampaikan,“ kata Yosi.
Baca juga: Kronologi Kepala Arca Ganesha Dijarah saat Kerusuhan di Kediri, Ditemukan Siswa SMA di Pinggir Jalan
Selepas dari Situs Kalinjaro, blusukan dilakukan ke titik berikutnya, yakni Situs Lembah Gana, yang berada di dekat persawahan. Di sini terdapat Ganesha yang lebih besar, tetapi relief atau pahatannya relatif lebih sederhana sehingga diduga lebih tua daripada Ganesha di Kalinjaro.
Muchtar menyampaikan cerita menarik di balik Ganesha ini. Dia berujar arca pernah akan diangkat dan dijual oleh kolektor. Banyak orang dikerahkan untuk mengangkatnya, tetapi arca tetap bergeming. Bahkan, helikopter juga dikerahkan, tetapi upaya ini juga tidak membuahkan hasil.
“Posisinya dulu tidak seperti ini. Dulu terpendam hampir separuh badan, cuma tinggal kepala sama belalainya sedikit,” ucap Muchtar.
6 Kendaraan Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol Semarang-Solo |
![]() |
---|
Perahu Terkepung Eceng Gondok, Nelayan Lansia Terjebak Semalaman di Rawa Pening, Berhasil Dievakuasi |
![]() |
---|
H. Ngesti Nugraha, S.H., M.H. |
![]() |
---|
Viral Harga Sate Rp536 Ribu di Alun-alun Ungaran, Penjual Bantah Kepruk Pembeli, tapi Salah Hitung |
![]() |
---|
6 Fakta Temuan Arca Ganesha di Sleman, Tukang Bangunan Lihat Batu Kepala Gajah saat Gali Tanah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.