Benarkah Apache Merupakan Helikopter Tempur Terbaik di Dunia?
Banyak pihak beranggapan kalau heli Apache adalah helikopter serang kelas berat paling canggih dan tak terkalahkan di dunia. Benarkah demikian?
Editor:
Malvyandie Haryadi
Selama empat minggu diuji, kedua AH-64A membukukan 99 jam terbang. Performanya kurang memuaskan. Satu atau dua heli mengalami kerusakan.
Beragam problem timbul seperti sistem software bermasalah, tabung roket tak bisa digunakan, sistem kamera di hidung harus diganti, laser designator rusak, satu sistem kanon M230 komponennya butuh diganti, dan rotor harus diperbaiki.
Lima dari 20 sorti misi yang direncanakan gagal dilaksanakan. Sistem navigasinya ditemukan bermasalah dimana koordinat lintang utara yang lebih besar dari 65 derajat tidak dapat dimasukkan.
Kelihatannya programmer sistem terlalu malas mengecek dan berharap AH-64A tidak akan digunakan di Skandinavia, yang ternyata terbukti salah! Karena sistem navigasi bermasalah, misi terbang malam akhirnya tak bisa dilakukan.
Sementara itu, satu Mi-28 Bort 042 dikirim ke Swedia menggunakan pesawat angkut Il-76 dikoordinasikan oleh Rosvoorouzhenie yang merupakan pendahulu Rosoboronexport.
Pilot-pilot Swedia dikirim ke Moskow untuk berlatih dengan Mi-24 dan Mi-28. Namun karena keterbatasan sistem dimana Mi-28 saat itu masih menggunakan sistem kemudi tunggal, akhirnya awak Swedia hanya bisa duduk sebagai juru tembak.
Koordinasi dengan pilot Rusia yang justru tak bisa berbahasa Inggris dilakukan dengan penerjemah yang terbang di helikopter chaser.
Dengan profil misi serupa dengan AH-64A, Mi-28 justru bersinar.
Awak Swedia yang terbang di kursi depan menemukan bahwa sistem bidiknya bekerja baik, ergonomi di kokpit terbukti bagus walau sudut pandang terbatas, dan heli dapat dioperasikan oleh pilot yang baru memiliki sedikit pengalaman di Mi-28.
Akurasi penembakan sangat baik dan rudal Shturm dan Ataka yang ditembakkan dari jarak 4,7 kilometer mengenai sasarannya dengan CEP hanya satu meter.
Roket S-80 yang diuji bahkan dikatakan akurat sampai jarak 4.000 meter dengan akurasi 88% dari 40 penembakan.
Selama 30 jam pengujian, tidak sekalipun ada masalah yang membuat sorti Mi-28 dibatalkan. Sejumlah problem minor memang ada, namun bisa diselesaikan. AD Swedia menganggap bahwa Mi-28 adalah helikopter yang kuat dan andal.
Sayangnya, pengujian fase kedua yang rencananya akan diadakan pada 1999-2000 tidak pernah terjadi.
Padahal rencananya fase kedua ini akan diikuti oleh AH-64D Longbow dan Mi-28N yang keduanya memiliki fitur dan kemampuan yang boleh dikata imbang. Krisis ekonomi mementahkan rencana pengadaan heli serang AD Swedia, dan sebagai gantinya justru Agusta A109 Power yang dibeli.
Sayang sungguh sayang, kata penutup final yang akan menuntaskan siapa yang terbaik di antara dua rival yang mewakili dua kutub kekuatan besar dunia ini, tidak pernah terjadi.