Selasa, 19 Agustus 2025

7 Fakta Tragedi Bintaro, 31 Tahun Lalu: Petugas Sempat Kejar Kereta, tapi Malah Disoraki Penumpang

31 tahun yang lalu terjadi Tragedi Bintaro. Ini 7 fakta-fakta tragisnya.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Fathul Amanah
print.kompas.com
31 tahun lalu, tepatnya pada 19 Oktober 1987, sebuah peristiwa kecelakaan tragis yang melibatkan dua kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, terjadi. Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul 5 Fakta Tragis Tragedi Bintaro, dari Nasib Masinis hingga'Kuburan' Lokomotif Maut, http://travel.tribunnews.com/2016/10/19/kilas-balik-19-oktober-5-fakta-tragis-tragedi-bintaro-dari-nasib-masinis-hingga-lokomotif-maut?page=all. Penulis: Sri Juliati Editor: Sri Juliati 

Di dekat tikungan melengkung Tol Bintaro, tepatnya di lengkungan "S", berjarak kurang lebih 200 m setelah palang pintu Pondok Betung dan kurang lebih 8 km sebelum Stasiun Sudimara.

Kedua kereta sarat penumpang itu hancur, terguling, dan ringsek.

Kedua lokomotif dengan seri BB303 16 dan BB306 16 rusak berat.

Jumlah korban jiwa meninggal sebanyak 156 orang dan ratusan penumpang lainnya luka-luka.

Setelah diselidiki, kecelakaan terjadi karena faktor manusia.

Dan, inilah fakta-fakta terkait kecelakaan tragis tersebut seperti dirangkum TribunTravel.com dari berbagai sumber:

1. PPKA Sudimara sempat kejar kereta

Kondisi dalam gerbong kereta api yang bertabrakan. Peristiwa ini kemudian disebut Tragedi Bintaro.
Kondisi dalam gerbong kereta api yang bertabrakan. Peristiwa ini kemudian disebut Tragedi Bintaro. (Jimmy WP)

Saat KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota berangkat dari Stasiun Sudimara, padahal semestinya dilangsir di jalur 3, semua petugas di stasiun itu kaget.

Beberapa ada yang mengejar kereta itu menggunakan sepeda motor.

PPKA Sudimara, Djamhari, mencoba memberhentikan kereta dengan menggerak-gerakkan sinyal, namun tidak berhasil.

Dia pun langsung mengejar kereta itu dengan mengibarkan bendera merah.

Ironisnya, penumpang yang berada di atap kereta menyoraki Djamhari, bahkan ada yang tertawa-tawa.

Merasa sia-sia, Djamhari pun kembali ke stasiun dengan sedih, ia membunyikan semboyan genta darurat kepada penjaga perlintasan Pondok Betung.

Namun kereta tetap melaju.

Setelah diketahui, ternyata penjaga perlintasan Pondok Betung tidak hafal semboyan genta.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan