Jonatan, Semua Indah Pada Waktunya
Sebelum meraih medali emas di Asian Games 2018, Jonatan Christie sempat mengalami berbagai kegagalan. Jonatan bahkan sempat ingin gantung raket.
Penulis:
Deodatus Pradipto
Keluarga mereka sempat harus hidup terpisah selama empat-lima tahun. Jonatan dan ayahnya tinggal di rumah orangtua Marlanti di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Marlanti tetap tinggal di Bidaracina bersama Ivan, kakak Jonatan.
Mereka hanya bertemu seminggu sekali. Ini adalah pilihan keluarga mereka karena situasi. Sewaktu duduk di bangku sekolah menengah pertama, Jonatan memilih bersekolah di sekolah yang longgar dalam memberikan waktu agar bisa tetap berlatih bulutangkis. Pada waktu yang bersamaan, Marlanti harus merawat Ivan yang berkebutuhan khusus.
"Papanya bilang, 'Jo, kalau kamu mau melatih kesabaran, itu dari koko kamu. Kamu harus sabar kepada kakak kamu.'," tutur Marlanti menirukan perkataan Andreas kepada Jonatan.

Perbedaan usia antara Ivan dan Jonatan mencapai tujuh tahun. Meskipun Ivan berkebutuhan khusus, hubungan dia dengan Jonatan sangat baik. Kini sejak Jonatan tinggal di pelatnas PBSI, Ivan sering merasa rindu kepada adiknya itu.
"Kalau Jo beberapa hari tidak pulang, dia suka bertanya, 'Mama, Jo. Suruh tidur sini.'," kata Marlanti sambil meletakkan telapak tangannya di pipi dan menekuk leher ke samping gestur tidur.
Ivan rajin menyaksikan adiknya beraksi melalui televisi. Ini termasuk saat final Asian Games 2018. Ivan menonton di rumah didampingi keluarga karena Marlanti dan Andreas berada di Istora.
"Jonatan bilang, 'Ma, kalau bukan tanpa Koko Ivan, Jojo tidak mungkin seperti ini. Kalau koko tidak seperti ini, mungkin koko yang tenar lebih dulu.'," ujar Marlanti menirukan perkataan Jonatan.
Menangis di Mobil
Jonatan Christie berasal dari keluarga sederhana. Sebagai gambaran, lingkungan rumah orangtuanya di Bidaracina bukan berada lingkungan elite.
Jalan menuju rumahnya tidak bisa dilalui oleh mobil. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas. Rumah mereka berada di sebuah gang buntu.
Untuk menemukan rumah ini tidak mudah bagi orang yang tidak familiar. Jalannya berliku dan pemukimannya padat.
Rumah keluarga Jonatan Christie terhitung lumayan untuk masyarakat di daerah situ. Rumahnya berpagar dan berkeramik sampai teras. Di teras ada dua buah skutik berbeda tipe dari satu pabrikan asal Jepang.
"Rumah kami dulu tidak seperti ini," kata Marlanti.

Di samping rumah mereka terdapat sebuah tembok. Di tembok itu terbentang sebuah spanduk bertuliskan masyarakat rukun warga setempat turut menyukseskan Asian Games 2018. Ada juga pesan ajakan untuk mendukung Jonatan Christie yang seorang warga RW 03.
Saat Tribunnews mewawancari Marlanti, datang seorang petugas pos mengantarkan sepucuk surat. Surat beramplop putih itu ditujukan untuk Jonatan Christie. Marlanti yang menerima surat tersebut.