Viktor Axelsen Diuntungkan dengan Skema Perubahan Skor 21x3 jadi 11x5
Pebulutangkis tunggal putra andalan Denmark, Viktor Axelsen akan menjadi pihak yang paling diuntungkan jika sistem 11x5 diberlakukan.
TRIBUNNEWS.COM - Pebulu tangkis tunggal putra andalan Denmark, Viktor Axelsen diprediksi akan menjadi pihak yang paling diuntungkan jika sistem 11x5 diberlakukan.
Sebelumnya, Poul-Erik Larsen selaku Presiden BWF melontarkan pernyataan akan kembali memperjuangkan format penilaian 11x5.
Terhitung telah dua tahun proposal Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) melayangkan opsi untuk mengganti format penilaian skor yang berlaku saat ini.
Format penilaian bulutangkis yang berlaku saat ini yakni 21x3, dimana pihak BWF ingin menggantinya menjadi 11x5.
Baca: Jalan Terjal Presiden BWF Ubah Format Penilaian Bulutangkis 21x3 jadi 11x5
Baca: PBSI Tunggu Keputusan BWF Terkait Jadwal Indonesia Open 2020 Super 1000
Salah satu alasan yang membuat Poul-Erik Hoyer ingin mengubah sistem poin saat ini karena dinilai terlalu lama dan kurang menarik bagi para penonton.
Jika memang kelak perubahan penilaian tersebut diterapkan akan ada satu pihak yang cukup diuntungkan dengan keputusan tersebut.
Pihak yang diprediksi akan beruntung adalah Viktor Axelsen yang merupakan andalan tunggal putra asal Denmark.
Hal itu disampaikan oleh legenda bulutangkis Malaysia yang pernah memenangkan All England 2003, Muhammad Hafiz Hashim.
Hashim menilai Viktor Axelsen yang merupakan pebulutangkis bertipikal menyerang akan diuntungkan dengan hal tersebut.
Dengan perubahan sistem angka tersebut akan membuat Axelsen tampil dengan performa gemilang.
Keuntungan yang diraih Viktor Axelsen secara tidak langsung juga akan memperbaiki rekor pertemuannya dengan Kento Momota.
Viktor Axelsen sejauh ini hanya mampu menuai satu kemenangan dalam 15 pertemuan melawan Kento Momota.
"Jika sistem penilaian tersebut diterapkan, kita mungkin akan melihat banyak pihak yang kesal, termasuk Kento Momota," ungkap Hafiz, dilansir oleh The Star.
"Akan menarik untuk melihat bagaimana Axelsen bisa mengalahkan Momota jika sistem tersebut diterapkan, saya menjagokan pria asal Denmark itu akan menang," jujurnya.
Salah satu alasan mengapa Axelsen bisa mengakhiri rentetan buruk pertemuannya Momota karena tipe permainan yang kerap ia usung.
Axelsen dikenal sebagai pebulu tangkis yang bermain dengan menyerang bak senjata api.
Baca: Lee Chong Wei Anggap Penundaan Olimpiade Justru Untungkan Kento Momota
Baca: Impian Pebulu Tangkis Muda Malaysia Ikuti Jejak Kesuksesan Lee Chong Wei
Sementara itu, Momota terlihat lebih lambat walaupun cukup jago dalam mengcover bidang permainannya sendiri.
"Axelsen seperti pemain Denmark lainnya yang mampu bertanding dengan semangat tinggi nan cepat, sedangkan Momota terlihat lebih lambat," ungkap Hafiz.
"Kami telah melihat pada banyak kesempatan dimana Momota selalu memulai dengan kaki belakang dalam 11 poin pembuka," lanjutnya.
"Tetapi ketika bermain di bawah sistem 11 poin, anda tidak akan memiliki kemewahan tersebut," sambung pria yang kini melatih Tim Junior Malaysia tersebut.
Hafiz sendiri merupakan mantan pebulu tangkis yang memang sudah merasakan penerapan format yang hampir sama dengan skor 11x5.
Dirinya bahkan tercatat sebagai salah satu pebulu tangkis terakhir yang bermain dengan format 7x5 pada tahun 2001-2002.
Saat itu Hafiz mampu mempecundangi Lee Tsuen Seng dengan skor 7-3,7-1,3-7,7-8,7-4 untuk meraih medali Commonwealth Games di Manchester.
Hingga pada akhirnya pertandingan tersebut menjadi turnamen terakhir diterapkannya skema penilaian skor 7x5.
Menarik untuk melihat bagaimana keberlanjutan dari gagasan Presiden BWF tersebut terkait keinginannnya untuk mengganti penilaian skor 21x3 menjadi 11x5 nantinya.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)