Minggu, 23 November 2025

SEA Games 2025

Menpora Wanti-wanti Keamanan Atlet Indonesia di SEA Games 2025 Buntut Konflik Thailand-Kamboja

Pada SEA Games 2025 Thailand kontingen Indonesia akan mengirim sebanyak 996 atlet. Ajang olahraga ini terjadi di tengah konflik Thailand-Kamboja

|
Tribunnews/Abdul Majid
PERSIAPAN SEA GAMES 2025 - Menpora Erick Thohir foto bersama Ketum KONI Pusat Marciano Norman, CdM Bayu Priawan Djokosoetono dan Sekjen KOI Wijaya M Noeradi usai konferensi pers terkait persiapan SEA Games 2025 di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta, Jumat (21/11/2025). 

Menpora Wanti-wanti Keamanan Atlet Indonesia di SEA Games 2025 Buntut Konflik Thailand-Kamboja

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Konflik antara Thailand dan Kamboja sempat kembali memanas pada Rabu 12 November lalu.

Dalam insiden tersebut kedua negara yang saling kontak senjata dikabarkan menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya tiga warga.

Konflik terbuka dua negara kembali pecah dipicu ledakan ranjau darat di Provinsi Sisaket yang melukai empat prajurit Thailand.

Baca juga: Thailand Tunda Perjanjian Damai dengan Kamboja usai Ledakan Ranjau di Perbatasan

Thailand dan Kamboja memang telah lama berkonflik buntut dari penetapan wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear yang terletak di perbatasan Kamboja–Thailand.

Kondisi tersebut pun turut disoroti Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir terlebih dalam waktu dekat akan ada perhelatan SEA Games 2025 yang bergulir di Thailand.

Pada SEA Games 2025 Thailand kontingen Indonesia akan mengirim sebanyak 996 atlet.

Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Menpora Erick pun meminta kepada CdM kontingen Indonesia untuk memetakan dan mengantisipasi guna menjaga keamanan bagi para atlet Indonesia.

“Saya berharap dari CdM mulai memetakan cabor-cabor mana yang berada di wilayah mana. Jadi ini benar-benar harus dilihat oleh CdM. Dan saya sepakat, di wilayah-wilayah yang berada di luar Bangkok atau yang dekat perbatasan perlu ada antisipasi,” ujar Menpora Erick Thohir di Media Center Kemenpora, Senayan, Jakarta, Jumat (21/11/2025).

“Kita sepakat bahwa saya sangat konsen dengan perlindungan atlet. Itu juga alasan mengapa para pimpinan cabor harus peduli dengan cabornya,” sambungnya.

Lebih lanjut, Menpora Erick Thohir juga turut mengatakan bahwa di bawah naungannya tak akan ada lagi cabor-cabor yang dualisme.

Karena menurutnya dualisme cabor berdampak buruk bagi perkembangan atlet tersebut.

“Alhamdulillah, ada KONI dan KOI, kita akan selesaikan dua lembaga ini agar tidak sampai atlet menjadi korban. Mereka adalah masa depan bangsa yang bisa mengibarkan Merah Putih selain bapak presiden,” pungkasnya.

Kontingen Indonesia yang diperkuat sebanyak 996 atlet ditargetkan bisa finish di peringkat ketiga SEA Games 2025 dengan torehan minimal 80 medali emas.

Atlet Muaythai Aceh bertarung pada Pra Kualifikasi Pekan Olahraga Rakyat Aceh Pra PORA 2017 di GOR KONI, Banda Aceh, (22/11/2017). Pengprov Muaythai Aceh menyediakan 147 tiket bagi atlet untuk bertanding di PORA 2017 mendatang.      SERAMBI/M ANSHAR
ILUSTRASI Pertandingan olahraga Muaythai.  SERAMBI/M ANSHAR (SERAMBI/M ANSHAR/M ANSHAR)

Seputar Konflik Thailand-Kamboja dan Pelaksanaan SEA Games

Hubungan Thailand dan Kamboja kembali menjadi sorotan setelah sejumlah isu dan insiden politik dan budaya kedua negara disebut memengaruhi dinamika di ajang olahraga kawasan, termasuk SEA Games.

Sempat mengarah pada konflik terbuka, ketegangan lama terkait klaim budaya dan sejarah perbatasan kembali mencuat melalui perdebatan di bidang sport diplomacy.

Sengketa utama kedua negara selama beberapa dekade terakhir berkaitan dengan penetapan wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear yang terletak di perbatasan Kamboja–Thailand.

Meski Mahkamah Internasional telah menetapkan kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, perbedaan pandangan mengenai area sekitar monumen tetap menjadi pemicu ketegangan sejak 1960-an dan sempat memicu bentrokan pada 2008–2011.

Selain persoalan perbatasan, isu klaim budaya juga kerap mencuat dalam hubungan kedua negara.

Kamboja menilai sejumlah unsur budaya Khmer digunakan Thailand tanpa pengakuan jelas, sementara di sisi lain Thailand menilai beberapa tradisi yang diklaim Kamboja bukan bagian dari warisan eksklusif.

Perdebatan ini kembali mendapat perhatian publik ketika Kamboja menjadi tuan rumah SEA Games 2023 dan mengubah nama cabang olahraga Muay Thai menjadi Kun Khmer.

Langkah tersebut memicu protes dari federasi Muay Thai Thailand, yang kemudian memutuskan tidak mengirim atlet pada cabang tersebut.

Thailand menilai perubahan nama itu sebagai upaya mengambil alih identitas olahraga yang telah lama menjadi bagian penting dalam kebudayaan mereka.

Pemerintah Kamboja menegaskan Kun Khmer merupakan bentuk seni bela diri tradisional yang berbeda dan berakar dari sejarah bangsa Khmer.

Meski kontroversi itu tidak sampai mengganggu keseluruhan jalannya SEA Games, para pengamat menilai peristiwa tersebut menunjukkan bagaimana isu politik dan identitas budaya kedua negara dapat memengaruhi agenda olahraga di kawasan.

Rivalitas Thailand dan Kamboja di beberapa cabang, terutama seni bela diri dan sepak bola, disebut kerap meningkat seiring tensi diplomatik dan sentimen nasionalisme di antara publik kedua negara.

Para analis memandang SEA Games dan ajang olahraga regional lainnya berpotensi kembali menjadi titik sensitif ketika isu budaya atau sejarah kembali mencuat.

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved