Konflik Thailand Vs Kamboja
Thailand Tunda Perjanjian Damai dengan Kamboja usai Ledakan Ranjau di Perbatasan
Ledakan ranjau di perbatasan melukai tentara Thailand. Bangkok tunda perjanjian damai dengan Kamboja yang dimediasi Donald Trump.
Ringkasan Berita:
- Thailand menangguhkan perjanjian damai dengan Kamboja setelah ledakan ranjau di perbatasan melukai empat tentaranya.
- PM Anutin Charnvirakul menyatakan seluruh pelaksanaan kesepakatan dihentikan sementara karena ancaman keamanan belum reda.
- Kamboja membantah menanam ranjau baru dan menyerukan agar Thailand tidak memperkeruh situasi.
TRIBUNNEWS.COM - Thailand resmi menangguhkan pelaksanaan perjanjian damai dengan Kamboja setelah ledakan ranjau darat di dekat perbatasan melukai beberapa tentaranya.
Perjanjian itu sebelumnya ditandatangani pada Oktober lalu di Malaysia dan dimediasi langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, mengatakan seluruh tindakan berdasarkan kesepakatan damai akan dihentikan sementara.
“Ancaman terhadap keamanan nasional kami belum benar-benar berkurang,” ujarnya dalam konferensi pers, dikutip dari Bangkok Post dan The Guardian.
Insiden ledakan terjadi pada Senin (10/11/2025) pagi di Provinsi Sisaket, wilayah yang berbatasan langsung dengan Kamboja.
Militer Thailand menyebut empat prajurit terluka akibat ledakan ranjau jenis PMN-2, salah satunya kehilangan kaki.
Menurut penyelidikan awal, ranjau itu kemungkinan baru dipasang di tanah Thailand setelah kawat berduri perbatasan dicabut.
Kamboja melalui Kementerian Luar Negeri membantah keras tuduhan bahwa pihaknya menanam ranjau baru.
Pemerintah Phnom Penh menyatakan tetap berkomitmen terhadap seluruh ketentuan gencatan senjata dan menyerukan Thailand agar “tidak memperburuk situasi di lapangan,” seperti dilaporkan Al Jazeera.
Kesepakatan Damai Tertunda
Kesepakatan damai Thailand–Kamboja dicapai setelah konflik perbatasan berdarah pada Juli lalu yang menewaskan sedikitnya 43 orang dan memaksa lebih dari 300.000 warga sipil mengungsi.
Baca juga: Topan Kalmaegi Tewaskan 85 Orang di Filipina, Vietnam dan Thailand Siaga Jadi Sasaran Berikutnya
BBC melaporkan, kedua negara menandatangani deklarasi gencatan senjata di sela KTT ASEAN di Kuala Lumpur, yang di bawah pengawasan Washington disebut sebagai “keberhasilan diplomasi cepat” Donald Trump.
Sejak penandatanganan, kedua pihak terus saling menuduh melanggar gencatan senjata.
Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau baru dan menghambat pembersihan senjata berat, sementara Phnom Penh menuding Bangkok menunda pembebasan 18 tentara Kamboja yang ditahan.
Panglima Angkatan Bersenjata Thailand, Jenderal Ukris Boontanondha, menegaskan pihaknya menghentikan semua kerja sama militer sampai Kamboja “menunjukkan ketulusan yang jelas untuk tidak bersikap bermusuhan.”
“Militer Thailand menghentikan semua perjanjian sampai Kamboja dapat menunjukkan niat damai yang nyata,” ujarnya dalam unggahan di media sosial militer Thailand.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.