Liga Champions
Memahami Peran Olivier Giroud di Balik Perseteruannya dengan Benzema, Juara Dunia yang Tidak Egois
Memahami Peran Olivier Giroud di balik Perseteruannya dengan Karim Benzema, Juara Dunia 2018 yang Tidak Egois, Kamis (2/4/2020)
Penulis:
Gigih
Memahami peran Giroud
Michael Cox menjelaskan di ESPN, bahwa seperti Jerman dan Spanyol di dua edisi Piala Dunia sebelumnya, keberhasilan Prancis tak lepas dari akademi di Prancis dalam menghasilkan pemain bertalenta. Bedanya, Jerman dan Spanyol berhenti memproduksi pemain dengan tipikal striker tradisional. Di sisi lain, Prancis justru punya Giroud yang memang tugasnya mencetak gol.
Bandingkan dengan Jerman di 2014 lalu masih mengandalkan Miroslav Klose yang sudah berusia 36 tahun saat itu.
Spanyol pun demikian di Piala Dunia 2010 saat mereka kesulitan mencetak gol sebelum Fernando Torres dimasukkan pada menit ke-106. Ini membuat pertahanan Belanda kelimpungan dan membiarkan Iniesta menjebol gawang mereka.
Lalu apa pentingnya striker tradisional dalam sebuah tim?
Arsene Wenger pernah menjelaskan pada 2014 lalu, betapa krusialnya peran striker tradisional dan mengkritisi akademi yang agak kesulitan memproduksi striker tradisional ini.
“Pada era 60 atau 70-an, bahkan ketika kedatangan saya di Arsenal pada 1996, setiap klub di Inggris masih memiliki penyerang yang benar-benar tajam, mampu memafaatkan umpan silang dengan baik, jago di duel-duel udara. Kini semua mengandalkan kecepatan, bahkan Jerman masih mengandalkan Klose yang sudah berusia 36 tahun!” ujar Wenger di ESPN.
Kehadiran Giroud di lini depan Prancis tidak hanya berfungsi sebagai juru gedor. Giroud memberikan dimensi serangan lain di timnas Prancis.
Dalam turnamen seperti Piala Dunia dengan sistem gugur, efektivitas mencetak gol ditambah dengan kekuatan bertahan menjadi kunci.
Dengan disiplinnya pertahanan Prancis yang digalang Varane dan Umititi, PR Prancis ada di lini serang.
Di pertandingan pertama menghadapi Australia membuktikan absennya Giroud membuat serangan Prancis sangat mono-dimensional. Deschamps memainkan trio Dembele-Griezmann-Mbappe.
Prancis mendominasi namun kesulitan memecah kebuntuan karena permainan bola-bola bawah yang terbaca hingga sulitnya Prancis memenangi duel udara di kotak penalti Australia.
Prancis kemudian mencetak gol di awal babak kedua sebelum disamakan Mile Jedinak. Deschamps yang melihat kebuntuan tersebut, memasukkan Giroud menggantikan Griezmann pada menit ke-70.
Kebuntuan langsung cair, dimensi serangan lewat umpan silang berhasil dilakukan dengan adanya Giroud di lapangan terbantu dengan tinggi 193 cm, Giroud benar-benar memberi tekanan kepada pemain belakang Australia, Prancis menambah satu gol lewat bunuh diri Aziz Behich pada menit ke-81.
Setelahnya Giroud rutin mengisi starting line-up. Statistik menunjukkan bagaimana Giroud membantu Prancis dalam duel-duel yang krusial.