Liga Inggris
Graham Potter, Tarian Balet dan Chelsea Wajib Bersiap Gelar Pentas Seni Setahun Sekali
Calon pelatih anyar Chelsea, Graham Potter, memiliki profil unik yang memadukan sepak bola dengan pentas seni, seperti contohnya ialah tarian balet.
Penulis:
Drajat Sugiri
Editor:
Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Misteri siapa yang bakal membesut Chelsea perlahan mulai terkuak.
Graham Potter, semakin mendekati kenyataan menangani Chelsea menggantikan peran Thomas Tuchel yang kemarin didepak, Rabu (8/9/2022).
Pakar transfer asal Italia, Fabrizio Romano melaporkan bahwa Chelsea sudah mengunci siapa pelatih baru mereka.
Baca juga: Graham Potter Segera Ditunjuk Sebagai Manajer Baru Chelsea, Sudah Ada Kesepakatan Kontrak Disiapkan
The Blues akan mempekerjakan Graham Potter yang saat ini menangani Brighton.
Namun tahan dulu mengenai kapan Chelsea akan mengumumkan kedatangan pelatih barunya itu. Ternyata ada sisik menarik yang dimiliki dari diri Graham Potter.
Pria yang pernah membela Southampton ini bukan sembarang pelatih. Tentu, jika dikomparasikan dengan Pep Guardiola atau Jurgen Klopp, maka Potter jauh tertinggal.
Namun pria berkebangsaan Inggris ini tergolong pelatih yang eksentrik dan menjunjung nila-nilai budaya.
Kisah menarik seorang Graham Potter diulas oleh The Sun, di mana langkah anti mainstream dalam membesut sebuah tim dimulai Potter saat menukangi kesebelasan asal Swedia, Ostersunds.
Potter membesut Ostersunds dari musim 2011 hingga 2018.
Dia sukses mengukir dongeng manis dengan membawa Ostersunds yang saat itu masih berkutat di divisi empat kompetisi sepak bola Swedia, sukses promosi ke kasta tertinggi dalam kurun waktu enam tahun saja.
Kisah manis Graham Potter membuat banyak orang mengernyitkan dahi ketika sang juru taktik memadukan sepak bola dengan kesenian.
Sejak dipegang oleh Potter, setiap musim, Ostersund menyelesaikan paling tidak satu proyek kesenian.
Itu boleh jadi menyelenggarakan pameran seni, menulis buku atau membuat pertunjukan teater.
Seluruh komponen klub terlibat, koreografer dan pelatih seni serius diterbangkan untuk melatih sekumpulan atlet di pedalaman Swedia yang dingin menari-nari mengikuti musik klasik.
Bahkan Graham Potter menggandeng seniman lokal, Kevin Wahlen, yang berkecimpung dalam pentas balet untuk membantunya menyukseskan program pelatihannya itu.
"Awalnya para pemain membencinya,” kata Wahlen
"Tapi kami akhirnya memiliki banyak kesenangan dan kenangan seumur hidup. Dan itu memberi mereka keberanian juga. Tidak selalu orang yang paling berani di lapangan yang paling berani di atas panggung," sambung Wahlen.
"Adalah kontroversial memiliki klub sepak bola di papan atas Swedia yang bekerja dengan budaya. Orang-orang berasumsi bahwa pria tidak bisa atau tidak akan memiliki kemungkinan untuk memikirkan apa pun selain sepak bola, atau mungkin FIFA ketika mereka pulang," lanjutnya.
"Graham adalah inspirasi sejati dalam sebuah pekerjaan," terangnya.
Di lapangan, filosofi Potter diterjemahkan menjadi sebuah permainan yang cepat namun beradab dan penuh determinasi
Potter memiliki sisi eksetrik lainnya dengan membawa pemain untuk berlatih tari balet.
Hal itu dibenarkan oleh Billy Reid yang sudah bekerjsama dengan Graham Potter semenjak membesut klub Swedia tersebut.
"Aspek budaya adalah bagian besar dari apa yang kami lakukan di Ostersunds. Potter mengubah kami lewat berlatih tarian balet. Kami, pemain, lebih menghargai kepada sesama, ini budaya yang unik dalam sepak bola," terang Reid.
Yang mengesankannya, seperti gerakan balet mereka yang lincah dan tanpa putus, sukses membawa Ostersunds menjuarai Piala Swedia pada edisi 2016.
Layak ditunggu, akankah Graham Potter menerapkan hal yang sama kepada Chelsea, yang dalam beberapa laga terakhir mengalami degradasi performa.
Entah itu balet atau pentas keseniaan lainnya, yang pasti Graham Potter memiliki sisi unik dalam menakhodai sebuah tim.
(Tribunnews.com/Giri)