ASEAN Club Championship
Modal Minimalis Beban Selangit, Perjuangan PSM Makassar Selamatkan Wajah Indonesia di ASEAN
"Modal minimalis beban selangit" itulah gambaran perjuangan PSM Makassar untuk menyelamatkan wajah sepak bola Indonesia di Asean Club Championship.
Penulis:
Dwi Setiawan
Editor:
Muhammad Nursina Rasyidin
Produktifitas ataupun selisih gol yang dimiliki PSM Makassar pun surplus di akhir klasemen.
Hingga pada akhirnya, PSM Makassar berhasil mengamankan tiket semifinal lewat jalur runner-up grup.

Sementara itu, Borneo FC gagal mengikuti jejak PSM Makassar karena tidak mampu finish di posisi dua teratas.
Hanya bisa meraih dua kemenangan, lalu kalah sebanyak tiga kali dan memiliki selisih gol minus yakni -2.
Borneo FC harus rela menempati posisi keempat dengan raihan enam poin di klasemen akhir Grup B.
Pesut Etam kalah bersaing dengan CAHN (15 poin) dan Buriram United (10 poin) yang menjadi dua tim terbaik Grup B.
Kini, Borneo FC pun tidak bisa menemani perjuangan PSM Makassar untuk meraih prestasi terbaik di Asean Club Championship 2025.
Modal Minimalis Beban Selangit
Jika dibandingkan dengan kondisi Borneo FC, nyatanya PSM Makassar sebenarnya berada dalam situasi yang tidak lebih baik.
Bernardo Tavarez selaku pelatih PSM Makassar pun berulang kali mengeluarkan unek-uneknya soal tim besutannya.
Permasalahan non-teknis di luar lapangan seperti masalah gaji yang kerapkali tertunggak seakan menjadi cerita lama penyakit manajemen PSM Makassar.
Belum lagi soal aspek lain mulai dari keterbatasan dana untuk menambal skuad hingga tidak memiliki homebase.
Seakan menjadi cerita klasik tim berjuluk Juku Eja itu dari musim ke musim.
Beberapa waktu lalu, Bernardo Tavarez pun tak sungkan untuk curhat bahwa timnya hanya bisa bertarung dengan landasan profesionalisme saja.
Meskipun tidak ada kepastian soal gaji ataupun bonus yang dijanjikan, PSM berkompetisi dengan profesionalitas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.