Liga Inggris
Kisah di Balik Layar Eberechi Eze ke Arsenal: Bukan Pembajakan, Bukti Cinta Pemenangnya
Ini bukan pembajakan, ini kisah cinta. Begitulah kisah di balik layar kepindahan Eberechi Eze ke Arsenal.
Editor:
Dwi Setiawan
Namun, awalnya ada prioritas lain yang harus diurus di bursa transfer — terutama akuisisi pemain nomor 9 baru.
Ketika Arsenal pertama kali menjajaki kemungkinan kesepakatan untuk Eze, hal itu terkait dengan negosiasi kontrak mereka dengan Ethan Nwaneri.
Meskipun Arsenal selalu berharap Nwaneri akan memperpanjang kontrak, negosiasi tersebut mencapai tahap yang rumit.
Nwaneri hanya memiliki sisa kontrak 12 bulan.
Dengan minat yang besar terhadap pemain berusia 18 tahun itu dari Liga Primer dan klub-klub luar negeri, Arsenal menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkannya memasuki tahun terakhir kontraknya.
Klub memang tidak pernah ingin menjual Nwaneri, tetapi ada kekhawatiran hal itu akan terjadi.
Dengan bijaksana, Arsenal mulai menjajaki kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Mereka membahas Morgan Rogers dan Morgan Gibbs-White, tetapi Eze-lah yang paling menarik.
Dalam dialog awal antara kedua belah pihak, kepribadian Eze meninggalkan kesan yang kuat.
Masalah yang jelas adalah harga.

Hampir sepanjang musim panas, Eze memiliki klausul pelepasan yang memungkinkannya pergi dengan biaya £60 juta plus £8 juta bonus.
Arsenal menganggap harga tersebut terlalu tinggi untuk pemain berusia 27 tahun.
Mereka berharap bisa membayar mendekati £40 juta, mungkin hingga £50 juta dengan bonus. Bagi Palace, itu mustahil.
Kekhawatiran Arsenal terbukti tidak berdasar: pada paruh pertama Juli, mereka mencapai kesepakatan kontrak dengan Nwaneri.
Minat terhadap Eze pun dikesampingkan—setidaknya untuk sementara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.