Liga Inggris
Ujung-ujungnya 3 Poin, Teori Late Game yang Kini Diadopsi Liverpool di Liga Inggris
Pemandangan menarik mewarnai performa Liverpool yang mampu menyapu bersih empat laga pertama Liga Inggris musim ini.
Penulis:
Dwi Setiawan
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
Gol ajaib yang dicetak Dominik Szoboszlai lewat tendangan bebas, mengunci kemenangan Liverpool atas Arsenal dengan skor 1-0 di Stadion Anfield.

Berkaca dari berbagai momen tersebut, teori late game tampaknya benar-benar diadopsi Liverpool musim ini.
Pada musim-musim sebelumnya, teori late game juga sudah pernah diterapkan Bayer Leverkusen saat merajai kompetisi Liga Jerman pada musim 2023/2024 pada era kepelatihan Xabi Alonso.
Atletico Madrid pun juga memberlakukan hal sama pada musim 2024/2025, namun sayang hanya awal musim saja.
Teori late game sendiri diartikan seperti strategi atau kemampuan sebuah tim untuk terus berjuang sampai menit akhir pertandingan, termasuk guna mencetak gol kemenangan.
Tak peduli seberapa sulitnya keberlangsungan laga tersebut, hingga tak peduli seberapa mustahilnya menciptakan momen keajaiban di laga itu.
Tim yang bisa menerapkan teori late game biasanya punya daya tahan fisik, psikis dan mental luar biasa, untuk memenangkan pertandingan, sekalipun harus menunggu sampai akhir laga.
Dan hal itulah yang awal musim ini tampaknya diperlihatkan Liverpool, yang selalu menang lewat cara dramatis.
Berkat kemenangan atas Burnley, Liverpool masih menjadi satu-satunya tim Inggris dengan performa paling sempurna.
Dengan raihan 12 poin dari 4 laga, Liverpool pun berhak menyandang status sebagai pemuncak klasemen Liga Inggris musim 2025/2026 per hari ini.
Klasemen Sementara Liga Inggris 2025/2026:




















(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.