5 Mitos yang Salah Tentang Robot Kolaboratif
Saat teknologi robot dan otomatisasi meningkat, munculah mitos-mitos dan kesalahpahaman
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
“Salah satu fitur utama dari robot UR3 adalah fitur keselamatan yang adaptif dan konsisten; robot-robot ini mampu mendeteksi adanya ancaman kerja eksternal, langsung berhenti beroperasi ketika terjadi bahaya. Karyawan-karyawan kami bisa bekerja dalam jarak dekat dengan cobot tanpa harus khawatir akan risiko kecelakaan kerja, ”kata Sukijan, supervisi pabrik di JEIN.
5. Cobot Itu Mahal
Sebenarnya mitos ini ada benarnya juga, robot itu memang ada yang mahal tapi tidak untuk semua jenis robot.
Biaya awal pemasangan cobot biasanya lebih murah daripada robot tradisional, dengan periode pengembalian rata-rata dua belas bulan saja.
Cobot itu hemat biaya dan ekonomis, hanya perlu investasi yang kecil saja, mengingat kalau robot-robot ini tidak memerlukan penyesuaian infrastruktur yang besar.
Tidak seperti robot tradisional, cobot sendiri dapat digunakan kembali untuk berbagai fungsi di jalur produksi lain yang mampu digunakan setiap saat.
Indonesia sekarang ini sedang mengambil strategi proaktif untuk tetap bisa menjadi negara yang kompetitif di pasar global, dengan mengadopsi sistem otomatisasi.
Baca: Cerita Pemuda yang Dikenal Berkat Video Tarian Robot, Belajar dari YouTube hingga Dapat Penghargaan
Saat ini, perusahaan-perusahaan Indonesia sedang beralih ke masa depan yang didorong oleh teknologi.
Otomasi dan manusia bukanlah khayalan belaka, tetapi akan berlanjut dengan baik dan aman, dengan menggunakan robot kolaboratif yang mudah untuk digunakan bagi manusia.
Robot-robot akan terus berkembang dan ada bersama dengan kita, untuk kebaikan bersama umat manusia ke depannya.