Membedah Sistem Pengumpulan Data Pengguna Apple dan Android, Mana yang Lebih Aman?
Dua raksasa teknologi smartphone, Apple dan Android kerap terlibat adu kecanggihan terutama dalam menghitung jumlah data
Editor:
Hendra Gunawan
Beberapa data yang sering ditransfer adalah nomor IMEI, nomor serial perangkat, nomor serial SIM, nomer telepon, ID perangkat (Android ID, RDID/Ad ID, Droidguard key), telemetri, cookies, alamat WiFi MAC perangkat.
Dalam risetnya, Leith juga menemukan aktivitas pengitiman data saat ponsel diaktifkan. Ketika dinyalakan, perangkat Android mengirimkan data sekitar 1 MB ke Google. Sementara iOS hanya mengirimkan 42 KB data ke Apple.
Saat perangkat tidak digunakan, kedua ponsel ini sama-sama aktif mengirimkan data pengguna. Dalam perangkat Android, diketahui sekitar 1 MB data terkirim ke Google setiap 12 jam.
Sedangkan iPhone mengirimkan 52 KB dalam periode yang sama ke iOS.
Fakta mengejutkan juga ditemukan Leith dalam risetnya. Khusus di Amerika Serikat, Android secara kolektif menghimpun sekitar 1.300 GB (1,3 TB) data penggunanya setiap 12 jam.
Sementara pada periode yang sama, iOS juga secara kolektif mengumpulkan data pengguna sebesar 5,8 TB.
Bukan tanpa alasan Leith membedah sistem pengiriman data pengguna pemimpin pasar ponsel dunia ini. Leith mengatakan bahwa proses pengumpulan data yang dilakukan Android dan Apple itu cukup mengkhawatirkan.
Sebab sistem merak dengan mudah menakutkan nama pengguna, alamat e-mail, data kartu pembayaran, dan mungkin perangkat lain yang dimiliki pengguna. Sehingga ketika perangkat hilang dan jatuh ke tangan orang tidak bertanggung jawab, seringkali terjadi kejahatan yang di luar jangkauan pengguna.
Apalagi, server back-end secara konsisten tetap mengirimkan data, seperti alamat IP, ekstensi, dan informasi lokasi geografis umum pengguna. Leith mengatakan saat ini baru ada sedikit opsi yang bisa dilakukan untuk mencegah proses berbagi data ini.