Minggu, 17 Agustus 2025

Facebook Ganti Nama Jadi Meta, Mark: Kita Ingin Dilihat sebagai Perusahaan Metaverse

Facebook secara resmi telah berganti nama menjadi Meta kemarin Kamis, (28/10/2021). Banyak hal yang diungkapkan Mark atas pergantian nama Facebook.

tangkap layar dari theverge.com
Facebook mengumumkan pergantian nama menjadi Meta pada Kamis, (28/10/2021) kemarin. Mark menjelaskan jika untuk sekarang dirinya menginginkan perusahaannya dikenal sebagai perusahaan metaverse. 

TRIBUNNEWS.COM - Facebook secara resmi telah mengganti nama perusahaannya menjadi Meta Kamis, (28/10/2021) malam waktu setempat.

Hal tersebut diumumkan oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg pada event yang bertajuk "Connect".

Pada acara tersebut, Mark megungkapkan pergantian nama ini membuat dirinya ingin khalayak melihat Facebook sebagai perusahaan "metaverse".

"Kita adalah perusahaan yang membangun teknologi untuk membuat semua orang terkoneksi."

"Sekarang, kita akhirnya mengajak masyarakat untuk menjadi pusat dari teknologi kita dan bersama-sama pula membuka kesempatan besar untuk kreator dalam bidang ekonomi."

"Untuk merefleksikan siapa kita dan harapan terkait apa yang ingin dibangun,"

"Namun untuk selanjutnya, saya berharap bahwa kita (Meta) dilihat sebagai perusahaan metaverse," ucap Mark dikutip dari The Verge.

Dikutip dari Kompas.tv, metaverse berasal dari kata meta yang berarti melampaui dan verse (universe) yang artinya alam semesta.

Baca juga: Cara Share Lokasi via WhatsApp, Google Maps, Line dan Facebook

Baca juga: Facebook Ganti Nama Menjadi Meta, Bakal Fokus pada Teknologi Virtual Reality & Augmented Reality

Gambaran Dunia Metaverse
Gambaran metaverse dalam kehidupan sehari-hari dari digunakan untuk pekerjaan, bermain dan konser, serta interaksi antara keluarga atau teman.

Kombinasi kata tersebut awalnya diucapkan oleh Mark Zuckerberg terkait perubahan nama perusahaannya.

Sehingga apabila diartikan secara lebih detail maka metaverse adalah tempat dunia fisik dan digital bersatu.

Sementara jika itu terjadi maka orang-orang bisa melakukan pertemuan, mencoba baju, serta pergi keo konser tanpa adanya kontak fisik.

Implementasi dari hal di atas adalah lewat teknologi virtual reality (VR) yang saat ini sedang berkembang pesat.

Kembali lagi kepada pergantian nama dan logo dari perusahaan milik Mark tersebut, dirinya menjelaskan bahwa perubahan tersebut tidak diaplikasikan ke platform secara individu seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp.

Namun perubahan hanya terjadi pada induk perusahaan saja.

Dikutip dari BBC, bagi orang awam mungkin melihat metaverse layaknya hanya sebagai pengaplikasian dari VR namun untuk kebanyakan orang percaya jika akan menjadi masa depan dari internet.

Alih-alih khalayak menggunakan komputer, mereka dalam dunia metaverse mungkin menggunakan headset untuk memasuki dunia virtual serta akan terkoneksi dengan lingkungan digital pula.

Oleh karena itu seperti yang dijelaskan pada awal artikel bahwa metaverse dapat digunakan untuk kebutuhan pekerjaan, konser, serta sosialisasi dengan teman atau keluarga.

Terkait perubahan nama ini juga berpengaruh kepada berubahnya pula nama Facebook di pasar saham.

MVRS akan menjadi nama terbaru dari Facebook dan akan mulai diganti pada 1 Desember 2021.

Selain itu terkait perubahan nama ini, banyak yang berpendapat proses rebranding ini sebagai bentuk sikap atas skandal yang terjadi di tubuh perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2004 tersebut.

Pendapat Lain terkait Perubahan Nama Facebook

Seperti yang diketahui bahwa Facebook pernah dituduh oleh salah satu mantan manajernya Frances Haugen.

Frances membocorkan ribuan dokumen yang dianggap oleh dirinya sebagai fakta buruk dari Facebook dan diberikan kepada Wall Street Journal.

Dokumen tersebut pun sering disebut sebagai "Facebook Files".

Dikutip dari Tribunnews.com terdapat perlakuan yang berbeda terhadap beberapa tokoh yang menggunakan Facebook.

Permasalahan lain yang didapatkan dari bocoran dokumen tersebut juga terkait masalah hukum antara Facebook dan para pemegang saham.

Mereka menuduh bahwa pembayaran Facebook dalam penyelesaian masalah Cambridge Analytica dianggap terlalu mahal.

Untuk diketahui bahwa jumlah pembayaran oleh Facebook ke Komisi Perdagangan Amerika Serikat sebesar 5 miliar dolar AS atau Rp 71,2 triliun.

Hal lain yang diketahui dari bocornya dokumen tersebut adalah riset yang tidak pernah dipublikasikan terkait Instagram.

Penelitian itu menganggap jika platform Instagram adalah sesuatu yang buruk untuk remaja.

Baca juga: Facebook Cabut Video Presiden Brasil Bolsonaro, Youtube Blokir Selama Satu Minggu

Baca juga: Daftar Hitam Facebook Bocor ke Publik, Ada FPI dan FUI

Data di dalamnya mengungkapkan jika 32% remaja perempuan menyatakan bahwa mereka merasa bahwa tubuhnya sangatlah buruk.

Sayangnya, Instagram dianggap pula membuat perasaan negatif remaja perempuan semakin parah.

Masih dikutip dari BBC, Mark menganggap jika laporan itu sebagai usaha yang begitu terencana untuk memilih secara selektif atas dokumen yang dibocorkan sebagai pengambaran yang salah atas perusahaannya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Facebook

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan