Teknologi AI dan Satelit Diterapkan untuk Genjot Produksi Pertanian Indonesia
Teknologi ini mampu memantau indikator seperti kadar air, klorofil, kandungan nitrogen, dan indeks vegetasi (NDVI) secara harian
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Editor:
Eko Sutriyanto
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah Indonesia terus mendorong transformasi sektor pertanian melalui pemanfaatan teknologi pertanian cerdas.
Langkah ini diambil di tengah tantangan ketahanan pangan nasional yang masih besar, meskipun luas lahan pertanian mencapai 23,52 juta hektar atau 12,35 persen dari total wilayah.
Impor pangan seperti beras, kedelai, gula, dan daging masih dibutuhkan karena produksi dalam negeri belum optimal.
Data terbaru menunjukkan indeks produksi tanaman pangan nasional turun 2,61 poin dalam dua tahun terakhir, setara dengan penurunan hasil panen sekitar 2,6 juta ton.
Perubahan iklim, bencana alam, dan keterbatasan skala petani menjadi faktor utama di balik fluktuasi tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai teknologi pertanian cerdas mulai diterapkan, termasuk penginderaan jauh melalui satelit, drone, serta pemodelan data AI.
Baca juga: 10 Provinsi dengan Jumlah SMA Terbanyak di Indonesia: Tak Ada Jakarta, Jabar Urutan Pertama
Salah satu teknologi yang kini digunakan adalah sistem FarmiSpace dari perusahaan teknologi Datayoo.
“Generasi baru pertanian cerdas harus bergerak ke arah sistem tanpa sensor dan input manusia yang minimal. Hanya dengan cara ini kita dapat benar-benar meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” ujar Shaw Wu, CEO Datayoo, dikutip Jumat (1/8/2025).
Menurut Shaw, pihaknya yang berbasis di Taiwan dan Singapura, mengembangkan FarmiSpace sebagai sistem pemantauan lahan pertanian berbasis data spektral satelit dan algoritma AI berpaten.
Teknologi ini mampu memantau indikator seperti kadar air, klorofil, kandungan nitrogen, dan indeks vegetasi (NDVI) secara harian tanpa perlu sensor di lapangan.
Penggunaan sistem ini telah diuji di berbagai wilayah, termasuk Karawang, Jawa Barat.
Menurut Shaw, penyedia layanan pertanian yang menggunakan FarmiSpace untuk memantau penyakit blast pada padi di tahun 2024 menyebutkan kalau laporan mingguan dari platform tersebut memiliki kecocokan 98?ngan hasil survei lapangan.
Hal ini memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat, mengurangi waktu respons, dan meminimalkan kerugian panen.
Agar implementasi teknologi ini efektif di tingkat lokal, kata Shaw, pihaknya juga menjalin kerja sama strategis dengan Blessed Bentara Agri, sebuah perusahaan agri-teknologi Indonesia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Atasi Macet, Kota Bangkok Ujicoba Lampu Merah Cerdas Berbasis AI, Bagaimana Cara Kerjanya? |
![]() |
---|
7 Pakar Yakin Israel Kembangkan Program Nuklir, Foto Satelit Mengungkapnya |
![]() |
---|
Israel Luncurkan Satelit Mata-mata Baru 'Ofek 19' ke Luar Angkasa, Awasi Gaza |
![]() |
---|
Kunci Jawaban IPA Kelas 7 Halaman 205: Pengaruh Satelit pada Planet |
![]() |
---|
Respons Pasar Bagus, Penjualan Properti Komersial di Barat Jakarta Langsung Ludes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.