Wisata Jateng
Wisata Batu Akik di Sungai Klawing Purbalingga: Di Sini Ada Batu Nagasui, Pancawarna dan Badar Lumut
Anda penyuka batu akik? Purbalingga tempatnya untuk berburu beragam motif dan bentuk.
Editor:
Malvyandie Haryadi
"Nagasui merupakan batu klawing andalan di Purbalingga," ujar warga Bancar RT 02 RW 06 Kecamatan Purbalingga.

Batu akik klawing jenis telur kodok. (Tribun Jateng/Abdul Arif)
Mereka yang beruntung bisa melihat batu Nagasui bertebaran di dasar sungai.
Selain batu nagasui, Sungai Klawing juga menghasilkan batu pancawarna, badar lumut dan motif telur kodok.
Harga bongkahan-bongkahan batu akik itu cukup bervariasi, ada yang Rp 50 ribu per satu bongkahan, ada pula yang sampai Rp 350 ribu untuk batu nagasui pancawarna.
Ipong tak kesulitan menjual bongkahan-bongkahan batu itu lantaran banyak perajin batu akik di Purbalingga.
Bongkahan batu akik itu selanjutnya dipotong menjadi lempengan setebal sekitar satu meter.
Setelah itu, dicuci bersih dan siap dibentuk menjadi mata cincin maupun liontin.
Ada tiga sentra kerajinan sekaligus tempat pemasaran batu akik di Purbalingga, yaitu di Kecamatan Bobotsari, Bukateja dan Desa Bancar Kecamatan Purbalingga.
Di Bobotsari, penjual maupun perajin batu akik tergabung dalam Paguyuban Pasar Batu Klawing Ciblon.
Mereka memajang beragam cincin bermata akik dan liontin di Waroeng Watu yang berada di depan objek wisata Pancuran Ciblon Bobotsari, Purbalingga.
Ada delapan kios yang buka.
Jenis batu akik yang ditawarkan cukup beragam.
Wahadi (56) pemilik kios Cahaya Gemstone, mengatakan, mayoritas yang dijual merupakan batu klawing.
Ada satu dua yang memang didatangkan dari luar daerah. "Yang diandalkan nagasui dan pancawarna," katanya.
Lokasi Waroeng Watu Klawing cukup strategis. Kiosnya berada di sebelah terminal Bobotsari.