Kuliner
Buntil dan Ayam Panggang Versi Masakan Ndeso yang Selalu Bikin Kangen Mudik Kampung
Buntil dan ayam panggang dimasak ndeso seperti ini paling bikin kangen untuk pulang kampung.
Editor:
Agung Budi Santoso
Nasi tiwul dan jangan ndeso semakin lengkap disajikan dengan tongseng sapi khas Wonogiri yang bercita rasa manis-gurih-pedas, dengan daging yang dimasak hingga empuk.
Ayam panggang dan buntil
Di Klaten pun menu tradisional masih terus dicari orang. Salah satu yang cukup populer adalah ayam panggang. Kisah tentang ayam panggang Klaten yang terkenal itu ada di buku karya Umar Kayam, Mangan Ora Mangan Kumpul (1995).
Di buku tersebut, dikisahkan Pak Joyoboyo yang biasa menjajakan ayam panggang melafalkan ayam panggang dengan penggeng eyem. Sebelum diulurkan kepada pembeli, penggeng eyem dibungkus dengan daun pisang. Bau gurih bercampur manisnya penggeng eyem selalu menerbitkan air liur.
Zaman dahulu, ayam panggang Klaten dijajakan berkeliling kota oleh penjualnya dengan menggunakan tenongan. Namun, saat ini, penjual tenongan sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya, ayam panggang disajikan sebagai menu utama di sejumlah rumah makan di Klaten.
Ayam panggang khas Klaten ini berwarna kecoklatan. Biasanya dimasak utuh dari bahan baku berupa ayam kampung. Kombinasi penggunaan santan dan gula merah menjadi kunci bagi cita rasa ayam panggang yang lezat.
Paduan rempah-rempah seperti ketumbar, merica, jintan, kemiri, kencur, jahe, kunyit, dan lengkuas menjadikan ayam panggang khas Klaten legit dan gurih. Disantap dengan nasi putih yang panas mengepul, serta sambal merah dan lalapan segar, hmmm... sangat nikmat.
Selain ayam panggang, kuliner khas Klaten yang kini sudah sulit ditemui adalah buntil daun singkong. Bahan baku utama masakan tradisional ini adalah daun singkong, yang dimasak dengan kelapa parut dan berbagai jenis rempah.
Rasa gurih berasal dari kelapa parut dan bumbu rempah yang melimpah. Zaman dulu, buntil biasa menjadi sajian sehari-hari di rumah warga.
Daun singkong yang menjadi bahan baku utama dimasak dengan cara sederhana, yaitu dikukus.
Setelah itu, daun singkong yang sudah diikat menggunakan benang kasur, dimasak dalam kuah bumbu hingga matang dan seluruh bumbu meresap sempurna.
Paduan daun singkong yang lembut dan kuah kental yang gurih-pedas menjadikan buntil istimewa di lidah.
Salah seorang pencinta kuliner Nusantara, Dewi Anthy, menuturkan, buntil yang dia temui di Klaten memiliki cita rasa yang sangat enak.
”Dari sekian banyak makanan yang saya coba selama perjalanan Solo-Wonogiri-Pacitan-Klaten, inilah masakan yang paling enak. Daun singkongnya lembut, bumbunya pun merasuk. Beruntung sekali saya bisa menikmatinya saat berkunjung ke Klaten,” tutur Anthy. Masakan boleh ndeso, tapi soal rasa, tetap nomor satu. (Dwi AS Setianingsih)