Tribunners / Citizen Journalism
Idul Adha 2017
Idul Adha Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan
Hakikat Idul Adha adalah kembali kepada pemahaman nilai qurban yang berpangkal dan konsep keimanan dan kemanusiaan
Dari kisah Habil dan Kabil bisa diambil pelajaran bahwa Allah menerima “qurban” yang dipersembahkan seseorang bukan dari bentuk lahiriah sesuatu yang dikurbankan, melainkan dari ketulusan jiwa yang berkurban.
Semangat berkurban yang dicontohkan Nabi Ibrahim bukanlah perbuatan untuk mengurbankan manusia lainnya demi tujuan dan keuntungan sesaat yang keji sebagaimana dilakukan para penguasa lalim sepanjang sejarah, melainkan suatu sikap untuk menyerahkan sesuatu yang dititipkan oleh Allah.
Ketika Allah telah dinomorsatukan dalam kehidupan, maka demi mempertahankan aqidah yang mengharuskan kejujuran, keadilan, dan ketulusan, apapun siap dikurbankan, entah materi, pangkat, jabatan, nama baik, dan nyawa sekalipun.
Hal itu telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim yang mengajarkan kepasrahan dan kerelaan demi mengesakan Allah. Dalam kehidupan modern, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim sering terlupakan.
Padahal, dari sana bisa ditarik pelajaran berharga bahwa Allah sangat mengasihi umat manusia karena manusia tidak boleh dikurbankan dan diganti dengan hewan.
Dengan semangat Idul Qurban, manusia harus mampu “menyembelih” watak buruk dan sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya; seperti rakus, serakah, zalim, menindas, dan tidak mengenal hukum dan norma.[]
Maman Imanulhaq, Ketua Lembaga Dakwah PBNU/ anggota komisi 8 DPR-RI Fraksi PKB
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.