Sabtu, 13 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Gajah di Pelupuk Mata yang Tak Terlihat

Dengan kecukupan materi yang dimilikinya saat ini, Suhendra hanya ingin menghabiskan sisa umurnya untuk mengabdi buat bangsa dan negara.

Editor: Hasanudin Aco
Istimewa
Suhendra Hadikuntono 

Atas jeritan rakyat kecil itu, Suhendra yang dibantu tim kecilnya bergerilya ke beberapa desa di pelosok Kabupaten Langkat. Beliau mengambil kembali 1.700 sertifikat yang merupakan hak rakyat tersebut.

Usaha dari Suhendra tentu saja mendapatkan perlawanan keras dari aparat desa dan kecamatan.

Namun singkat cerita berkat kegigihannya akhirnya Suhendra berhasil menarik kembali ribuan sertifikat tanah tersebut dari aparat desa dan mengembalikan kepada rakyat. Peristiwa ini juga luput dari pemberitaan media nasional.

Pada saat saya tanya, apa motivasi Suhendra sehingga melakukan hal itu? Jawabnya, "Saya hanya ingin menyelamatkan nama baik Pak Jokowi yang telah berniat baik, tapi ‘digergaji’ oleh anak buahnya di level bawah." Mak Jleb!

Melawan Mafia Sepak Bola Indonesia

Anda pasti sudah membaca berita 17 orang oknum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan mafia sepak bola ditangkap dan diproses hukum oleh Polri.

Tapi tahukah Anda bahwa Suhendra Hadikuntono yang merupakan Ketua KPSN (Komite Perubahan Sepak Bola Nasional) yang menginisiasi pembongkaran kasus itu? 

Suhendra begitu gemas dengan semakin maraknya mafia sepak bola di Indonesia. Dia dibantu beberapa orang kemudian membentuk KPSN, dan hebatnya Suhendra pula yang membiayai semua kegiatan KPSN, bahkan membiayai sebagian kegiatan operasional aparat kepolisian untuk menangkap para mafia sepak bola.

Suhendra pula yang membiayai beberapa pertemuan KPSN dengan pemilik suara (voters) PSSI. 

Saat saya tanya, sudah habis berapa untuk membongkar mafia sepak bola ini? Beliau hanya tersenyum kecil, "Hanya beberapa M-lah."

Kemudian saya kejar lagi, apakah Bapak punya niat menjadi Ketua Umum PSSI? Dia menggeleng keras.

"Saya tidak ingin jadi apa-apa. Saya hanya ingin sepak bola Indonesia kembali ke marwahnya sebagai alat pemersatu dan kebanggaan bangsa dan negara."

Namun konon ini adalah operasi di dalam operasi yang sesungguhnya, yaitu menetralisir 35 juta suara massa mengambang seporter sepak bola, di mana dunia sepak bola seperti agama ke dua di Indonesia yang mudah diarahkan suaranya untuk mendukung calon presiden tertentu yang saat itu PSSI dipimpin oleh mantan Pangkostrad Edy Rahmayadi yang menjadi "tink tank" salah satu calon presiden saat itu.

Tanggal 20 Januari 2019, Edy jatuh melalui operasi yang sangat mulus, tanpa setetes darah pun tertumpah. Sambil merendah beliau mencontohkan Buwas (Budi Waseso) yang sukses menetralisir 7 jutaan massa mengambang di Pramuka yang saat itu dipimpin oleh salah satu kader partai non-koalisi.

Saya diam. Tercenung. Kemudian saya iseng bertanya, apakah Pak Jokowi mengetahui hal tersebut? Sambil tersenyum beliau menjawab, "Allah Maha Tahu, karena semua yang saya lakukan tersirat bukan tersurat," katanya.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan