Jumat, 29 Agustus 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Utang Itu Cara Mudah Negara Atasi Problem Keuangan, Tapi Persulit Perekonomian Berikutnya

Akumulasi beban bunga utang negara selama kurun waktu lima tahun Rp 1.089 triliun, dan 2020 dianggarkan Rp 295 triliun.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Hanya bertahan di zona hijau sesaat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun 17 poin atau 0,31% ke 5.632 pasca adanya 2 WNI yang terkena virus Covid-19. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Sebagian untuk hal lain juga boleh, demi layananan atau kesejahteraan umum. Dalam mengatasi kesulitan keuangan APBN tahun 2020 masa krisis berat sekarang, sebelumnya sedikit sudah saya terangkan (Koran Jakarta, 14-08-2020).

Pemerintah sebagai Obligor dapat menunda pembayaran bunga utang. Saya sependapat jika memang kebijakan mem-swap bunga obligasi menjadi 0 %, atau memperkecilnya.

Terlebih, kebijakan tersebut memiliki peluang terhadap eks-dana utang BLBI ke negara yang sudah terlalu lama, tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.

Pemerintah memiliki kewenangan leluasa untuk mengambil kebijakan tersebut, dengan “UU-nya Covid 19”.

Langkah tersebut, jika mau ditempuh akan memperingan anggaran pendanaan ekonomi krisis, dari pada terus menggejot utang negara ke depan.

Berikutnya, Tim PEN harus mengevaluasi secara serius atas semua realisasi dana stimulan dan yang sedang direncanakan.

Program stimulan seharusnya dipisahkan substansinya yaitu antara kepentingan membantu konsumsi masyarakat yang “kesulitan makan”, dengan kepentingan pemberdayaan akselerasi ekonomi.

Secara teknik tidak perlu disebutkan pada kritisme pandangan ini, namun tentang program- program BLT dapat dijadikan bahan evaluasi.

BLT bagi masyarakat miskin adalah kewajiban negara dalam tanggung jawabnya menyelamatkan rakyatnya agar tidak ada yang kelaparan. Termasuk, masalah pembiayaan kesehatan karena pandemi Covid 19, itu sudah tepat sasaran.

Di luar itu, banyak BLT atau bentuk program subsidi yang dinilai tidak tepat sasaran. Secara teoretis program “konsumsi” tersebut memang dapat menstimulus perbaikan pertumbuhan ekonomi.

Tetapi sesaat saja, karena tidak mengagregasi produksi dalam waktu jangka pendek-menengah ke depan.

Jadi, disayangkan kalau dana stimulan yang tidak efektif demikian itu harus didanai dengan utang negara.

Dalam setiap kejadian krisis ekonomi, urgenitas fiskal dan keuangan adalah tentang likuiditas di berbagai sektor dan pemerintahan.

Artinya, realisasi APBN skala prioritasnya kepada masalah sirkuliasi ekonomi dan uang di pasar. Sedangkan biaya modal yang sifatnya tidak mendesak return ekonominya dapat ditunda terlebih dahulu.

Misalnya, belanja pembangunan infrastruktur umum, tetapi infrakstruktur pertanian yang terkait dengan ketahanan pangan dan energi justru harus diprioritaskan.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan