Sabtu, 20 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Jakob Oetama dan Kenangan Bibit Pohon Ulin dari Jenderal Doni Monardo

Doni mengenang, saat berbincang santai di ruang kerja Jakob Oetama, lantai 6 gedung Kompas Gramedia, topik ulin menjadi bagian pembicaraan keduanya.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Keluarga dan kerabat menaburkan bunga di makam Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama usai upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama dimakamkan dengan prosesi kenegaraan di TMP Kalibata yang dipimpin oleh Inspektur Upacara Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla. Tribunnews/Irwan Rismawan 

Di sisi lain, Jakob Oetama diam-diam juga mencermati kiprah Doni Monardo. Awalnya, bukan atas prestasi militer yang dicetak lulusan AMN tahun 1985 itu, tetapi justru pada kepeduliannya terhadap lingkungan.

Tersebutlah wartawan Kompas, J Osdar yang beberapa kali menurunkan tulisan khusus tentang Doni Monardo.

Bukan dalam kapasitas sebagai prajurit, tetapi justru kiprahnya sebagai prajurit di bidang lingkungan hidup.

Misalnya, gerakan Ciliwung Bersih. “Belakangan saya baru tahu, pak Jakob memperhatikan saya sejak Osdar menulis saya tentang pohon trembesi,” kata Doni sambil tersenyum.

Jadilah Doni dan Jakob merajut persahabatan bukan atas nama jabatan. Bukan atas nama owner Kompas dan perwira tinggi TNI, melainkan pada kecintaan yang sama terhadap lingkungan hidup. Concern yang sama terhadap tekad mewariskan bumi Indonesia yang lestari.

“Semoga almarhum Bapak Jakob Oetama mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa,” tutur Doni lirih. Wajahnya menunduk, menahan duka yang sangat dalam.

Kepada Koorspri Kolonel Budi Irawan dan Tenaga Ahli BNPB Egy Massadiah, Doni meminta informasi  ihwal lokasi jenazah disemayamkan.

Kamis pagi 10 September Doni meluncur ke Gedung Kompas Gramedia dan menyempatkan berdoa di sisi jenazah Jakob. Demi jenazah senior yang sangat dihormatinya. Demi pohon ulin, simbol persahabatan keduanya.

Sejarah Kompas

Sosok Jakob Oetama adalah jurnalis senior level “empu”. Dalam pencapaiannya, toh tetap humanis, humble, dan inspiratif.

Berbicara dengannya, selalu saja ada tekanan berat, yang membuat siapa pun, harus membuka mata batin, mata hati, dan mata nalar. Tanpa melakukan itu, kita bisa melewatkan sebuah wejangan maha penting dari seorang “suhu”.

Hanya dengan usaha keras menyamakan “frekuensi” dengan seorang Jakob Oetama, kita bisa menangkap semua mutiara hikmah yang mengalir dari hati yang bening.

Sekalipun mengaku “mulai pikun”, faktanya, memori pria kelahiran Borobudur, Magelang (Jawa Tengah), 27 September 1931 itu masih bagus.

Jakob masih lancar bertutur tentang hakikat jurnalis sebagai sebuah profesi. Ia masih runtut bertutur tentang keasyikan menjadi wartawan, karena setiap hari melakukan perang.

Perang batin seorang wartawan, bisa jadi terjadi setiap hari. Akan tetapi, melalui peperangan batin setiap hari itulah, profesi wartawan menjadi begitu menantang.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan