Tribunners / Citizen Journalism
Benarkah Penerapan Bilingual pada Anak Jadi Penyebab Speech Delay?
Di era globalisasi ini, banyak orangtua yang menerapkan konsep bilingual atau dwi bahasa pada anak sejak dini.
Editor:
Anita K Wardhani
Damayanti (2022) dalam sebuah artikel jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa kegiatan bernyanyi, bercakap-cakap, tebak kata, bermain peran, puzzle dan bercerita adalah beberapa stimulasi yang efektif dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak.
Tentunya hal ini perlu didukung oleh pembatasan penggunaan gawai pintar (gadget) agar anak dapat focus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan studi Rahayu dkk. (2021), gadget dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasa anak.
Oleh karena itu, anak-anak perlu didampingi dan didukung agar tidak terjadi hambatan perkembangan terutama dalam hal perkembangan bahasanya.
Dari berbagai paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan bilingual (dwi bahasa) pada anak bukanlah faktor penyebab keterlambatan berbicara (speech delay) pada anak.
Adapun penyebab utama keterlambatan bicara pada anak selain faktor fisiologis adalah kurangnya stimulasi bahasa dari lingkungan sekitar anak.
Walaupun ada anak bilingual yang mengalami keterlambatan bicara, maka penyebabnya bukanlah bilingual itu sendiri.
Macleod et al. (2017) menjelaskan bahwa penggunakan bilingual sejak usia dini dapat meningkatkan kosakata yang dimiliki anak dan juga tidak menghambat laju pertumbuhan kosakata anak dalam bahasa mayoritasnya.
Jadi, jangan khawatir jika ingin menerapkan konsep dwi bahasa pada anak.
Selama orangtua memberikan stimulasi bahasa yang cukup dan tetap mendampingi anak serta mampu mengevaluasi perkembangan bahasa anaknya, penerapan dwi bahasa tidak memberikan dampak negative pada anak.
Artikel ditulis Lisa Suhayati, S.S., M.Pd, Pemerhati Bahasa, Dosen Prodi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.