Tribunners / Citizen Journalism
Transformasi Transmigrasi: Kesejahteraan untuk Semua
Transmigrasi menemukan relevansinya pada delapan butir Astacita, yang merupakan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029.
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
Pada 21 Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto meningkatkan lagi Direktorat Jenderal Transmigrasi pada level kementerian.
Transmigrasi menemukan relevansinya pada delapan butir Astacita, yang merupakan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029.
Harus diakui, masih banyak potensi sumber daya alam Indonesia yang belum dikelola secara optimal; sebagian besar berada di luar Pulau Jawa dan Bali. Kebutuhan untuk membangun ketahanan pangan, air, dan energi juga menjadi tantangan yang perlu dijawab dalam konteks ketahanan bangsa.
Selain itu, kita juga menghadapi tantangan demografis, berupa besarnya jumlah angkatan kerja usia produktif, yang belum seluruhnya bisa diserap lapangan kerja. Jika tidak diatasi, bonus demografi ini bisa menjadi bencana.
Melalui pendekatan yang terintegrasi dan modern tersebut, transmigrasi akan kembali membuktikan relevansinya sebagai instrumen vital pembangunan nasional.
Untuk bisa sejahtera dan merata, Indonesia juga membutuhkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru; yang tidak semata-mata bergantung pada cadangan sumber daya mineral yang terus berkurang.
Kekayaan hutan tropis kita juga tak bisa terus-menerus dibiarkan berkurang sebagai akibat pendekatan industri yang ekstraktif.
Di tengah ancaman krisis pangan, air dan energi global, perubahan demografi, dan dinamika geopolitik, urgensi reformulasi program transmigrasi menjadi semakin nyata.
Paradigma baru transmigrasiKe depan, transmigrasi adalah strategi pembangunan kewilayahan komprehensif yang mengintegrasikan tiga dimensi vital: pengembangan sumber daya manusia unggul, produktivitas berbasis teknologi, dan penguatan ketahanan nasional.
Dimensi pertama fokus pada pengembangan sumber daya manusia melalui program Transmigrasi Patriot. Yang utama adalah pembangunan karakter dan budaya kerja unggul agar transmigran lebih produktif melalui pelatihan dan pendidikan dasar kedisiplinan.
Di atas landasan mentalitas unggul ini, dibangun pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dilakukan melalui hilirisasi sumber daya manusia, para penerima beasiswa S-2 dan S-3 di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM), bagi generasi muda terpilih, sebagai akselerator pembangunan kawasan.
Kolaborasi dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri menjadikan kawasan transmigrasi sebagai laboratorium hidup inovasi dan pembangunan. Dengan demikian, transmigrasi menjadi program yang dijalankan dengan ilmu dan keterampilan,
berbasiskan sains.
Dimensi kedua adalah penerapan sains dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ekosistem transmigrasi, dari mekanisasi hingga teknologi tepat guna.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, teknologi digunakan untuk memecah dan mengubah lahan batu menjadi lahan subur untuk kepentingan perkebunan.
Di tengah ancaman krisis pangan, air dan energi global, perubahan demografi, dan dinamika geopolitik, urgensi reformulasi program transmigrasi menjadi semakin nyata.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pemerintah Kirim 2 Ribu Orang ke 154 Kawasan Transmigrasi untuk Petakan Potensi Ekonomi |
![]() |
---|
Dekan Fakultas Kehutanan UGM Beri Bukti Jokowi Pernah KKN di Desa Ketoyan, Boyolali: Ada Nilainya |
![]() |
---|
UIN Raden Mas Said Surakarta Bantu Desa Ciptakan Ekonomi Kreatif yang Berkelanjutan |
![]() |
---|
Jalan Baru, Harapan Baru untuk Kandangmas Kudus: Ketika TMMD Jadi Titik Balik Ekonomi Desa |
![]() |
---|
Gelar Fun Bike, Bupati Bogor Serahkan 442 Sepeda untuk Anak-anak Desa Malasari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.