Selasa, 26 Agustus 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Sampah dan Fakir Miskin

Sampah di sungai akan menyebabkan genangan air dan mengalir hingga ke tepi pantai, mengakibatkan terganggunya ekosistem pantai

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/Reynas Abdila
BANJIR BEKASI - Anak-anak tampak menjadikan banjir sebagai wahana bermain. Potret banjir ini terjadi di Perumahan Duren Jaya, Bekasi Timur, Jawa Barat, Rabu (5/3/2025). Alam semesta dianugerahkan Tuhan lengkap dengan segala bahan kebutuhan untuk ciptaan-Nya, baik untuk manusia maupun hewan namun kuasa yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menaklukkan alam telah disalahgunakan 

Oleh : AR Henry SH, Praktisi Hukum Ahli Transportasi Kimia dan Gas, Certified Translator

ALAM semesta dianugerahkan Tuhan lengkap dengan segala bahan kebutuhan untuk ciptaan-Nya, baik untuk manusia maupun hewan. 

Namun, kuasa yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menaklukkan alam telah disalahgunakan.

Hutan dibabat, tanah digali atau ditambang tanpa reklamasi, dan limbah tidak dikelola dengan baik, sehingga terjadi berbagai bencana yang merugikan manusia.

Contoh terbaru di Jawa Barat adalah banjir yang baru-baru ini menggenangi Jakarta dan Bekasi, bahkan mencapai kedalaman 5 meter.

Kerugian yang ditimbulkan sudah pasti mencapai triliunan rupiah, dan ini terjadi karena penggundulan hutan serta pembuangan sampah ke sungai yang menghambat aliran air sehingga menggenangi daerah sekitarnya.

Tindakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang merubuhkan objek wisata di Bogor karena melanggar lingkungan hidup, patut diacungi jempol.

Baca juga: Dedi Mulyadi Kaget Sungai Cikeas di Bekasi Bersertifikat: Sudah Ganti Jadi Rumah

Apalagi, tindakan spontan beliau untuk meminta siapa saja yang berkenan diupah Rp. 100.000,- perhari untuk membersihkan sampah di sungai patut diapresiasi.

Sampah di sungai akan menyebabkan genangan air dan mengalir hingga ke tepi pantai, mengakibatkan terganggunya ekosistem pantai.

Akibatnya, nelayan terpaksa melaut lebih jauh, dan tangkapan ikan pun semakin sedikit.

Sampah dari hulu sungai akan sampai ke bibir pantai, dan kemudian sebagian akan terbawa arus ke antar benua dan samudra.

Misalnya, botol yang dibuang di Bogor bisa sampai ke Samudra Pasifik hingga ke mancanegara.

Sampah yang tenggelam karena perbedaan suhu air dan gravitasi akan terbawa oleh rotasi bumi bahkan hingga Antartika.

Sampah sebenarnya bisa dikendalikan dari sumbernya.

Namun, sayangnya, generasi kita saat ini cenderung menganggap bahwa sampah bukanlah urusan mereka, melainkan urusan pemerintah.

Denda atas pembuangan sampah pun belum dapat ditegakkan karena sulitnya menangkap pelaku yang membuang limbah secara sembarangan.

Reputasi Indonesia sebagai juara 2 dunia dalam produksi sampah (juara 1-nya adalah China) merupakan hal yang memprihatinkan. Kebutuhan manusia untuk kesejahteraan tidak boleh mengorbankan alam, sungai, dan laut.

Menurut Pasal 33 UUD 1945, kekayaan alam harus digunakan untuk kemakmuran sebesar-besarnya bagi rakyat, sedangkan fakir miskin dipelihara oleh negara.

Banyak fakir miskin sejatinya bisa dimanfaatkan untuk mengurus sampah.

Mereka bukanlah sampah masyarakat. Jasa mereka dapat dimanfaatkan untuk pembersihan lingkungan dan penyortiran sampah, yang selanjutnya bisa diolah menjadi energi listrik dan pupuk organik.

Modal Pemda yang digunakan untuk mengangkut sampah dengan truk, terutama di Jakarta, terbilang sangat boros karena sampah belum disortir dan tidak dikompresi.

Satu truk sampah paling hanya bisa melakukan 4 rit pengangkutan per hari, sehingga sangat tidak efisien untuk mengangkut sampah di DKI yang mencapai 7.600 ton per hari.

Fakir miskin sangat tepat untuk digaji membersihkan lingkungan hidup, sementara ibu-ibu dapat diberikan tanggung jawab untuk menyortir sampah domestik, karena 60 persen sampah domestik adalah sisa makanan.

Kita adalah bangsa yang juara 2 dalam membuang sisa makanan (juara 1-nya adalah Timur Tengah).

Padahal, jika dilakukan penyortiran dan dimanfaatkan oleh fakir miskin—tepatnya dimanusiakan—maka lingkungan akan bersih, dan banjir bandang serta sampah yang mengalir hingga antar benua dapat dihindari.

Diperlukan kesadaran dan hukum yang tegas untuk mengendalikan sampah, mulai dari hulu sungai hingga sepanjang pantai, serta pengerukan selokan. Biaya pencegahan pasti lebih murah daripada biaya banjir bandang dan kerusakan alam.

Selamat menjalankan ibadah puasa dan amal pembersihan lingkungan. Allah menghendaki ciptaan-Nya tidak merusak bumi ini. Bumi hanya satu. Kita belum bisa pindah ke Mars untuk hidup di sana.

 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan