Minggu, 10 Agustus 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Tes Kemampuan Akademik dan Masa Depan Pendidikan Kita: Menakar Ulang Evaluasi Demi Generasi Berpikir

TKA memberi peluang yang sama bagi setiap siswa untuk bersaing berdasarkan kemampuan nyata mereka, bukan semata-mata nama besar sekolahnya.

Editor: Suut Amdani
Dok. Izzul Khaq
PENDIDIKAN BERMUTU - Izzul Khaq, Alumni Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, DPD IMM Jawa Tengah, berpendapat pendidikan bermutu untuk semua merupakan cita-cita luhur yang secara konsisten diupayakan oleh bangsa Indonesia.  

Oleh Izzul Khaq, Alumni Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Tengah

PENDIDIKAN bermutu untuk semua merupakan cita-cita luhur yang secara konsisten diupayakan oleh bangsa Indonesia. 

Dalam perjalanan mewujudkan cita-cita tersebut, kita kerap kali dihadapkan pada sebuah ironi: sistem evaluasi yang ada tidak sepenuhnya mampu memotret kualitas pendidikan secara objektif dan merata.

Ketidakselarasan ini menciptakan ketidakadilan, di mana nilai rapor yang sama dari dua sekolah berbeda bisa merepresentasikan kemampuan yang timpang.

Menjawab kegelisahan ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengeluarkan kebijakan monumental berupa Tes Kemampuan Akademik (TKA) melalui Perkaban Nomor 047/H/AN/2025.

TKA bukan sekadar ujian baru, melainkan sebuah instrumen evaluasi yang dirancang untuk menjadi fondasi bagi perbaikan sistem pendidikan secara menyeluruh.

Baca juga: Cara Cek Daya Tampung Sekolah Swasta SPMB Jateng SMA/SMK Kemitraan 2025

Penerapan TKA memiliki akar yang kuat dari berbagai landasan.

Secara yuridis, TKA lahir dari semangat mewujudkan amanat Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang mengamanatkan perlunya penyesuaian kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (perkaban) ini menjadi landasan hukum yang kuat untuk menciptakan evaluasi yang terstandar dan relevan dengan kurikulum yang baru.

Dan secara historis, TKA dapat dilihat sebagai respons atas kelemahan sistem evaluasi sebelumnya yang terlalu berorientasi pada hafalan dan kurang merefleksikan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kita belajar dari pengalaman Ujian Nasional (UN) yang sempat menjadi momok dan hanya berfokus pada hasil akhir.

TKA berupaya mengatasi kelemahan ini dengan menggeser fokus dari hafalan menuju penalaran, pemecahan masalah, dan kompetensi membaca yang mendalam.

Sedangkan secara filosofis, TKA selaras dengan visi pendidikan yang memerdekakan dan berorientasi pada siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pemahaman konseptual, bukan sekadar daya ingat.

Soal-soalnya menguji kompetensi esensial yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk berkembang dalam masyarakat yang dinamis. Filosofi ini juga mendukung prinsip "pendidikan untuk semua," dengan memberikan pengakuan kompetensi yang setara bagi siswa dari berbagai jalur pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal.

Disisi lain secara sosiologis, TKA merupakan jawaban atas tuntutan keadilan sosial dalam pendidikan.

Dengan sistem evaluasi yang terstandar dan objektif, TKA berpotensi mengurangi ketimpangan dalam seleksi jenjang pendidikan berikutnya yang selama ini dipengaruhi oleh disparitas kualitas sekolah.

TKA memberi peluang yang sama bagi setiap siswa untuk bersaing berdasarkan kemampuan nyata mereka, bukan semata-mata nama besar sekolahnya.

Ini adalah langkah nyata untuk memastikan pendidikan bermutu tidak lagi menjadi privilese, tetapi hak setiap anak bangsa.

Keberhasilan TKA tidak hanya bergantung pada regulasi, tetapi juga pada partisipasi aktif dari seluruh stakeholder.

TKA bukanlah alat penentu kelulusan, melainkan alat bantu diagnostik yang memberikan gambaran akurat tentang capaian siswa secara nasional.

Data dari TKA akan menjadi umpan balik yang berharga bagi guru dan sekolah untuk merefleksikan efektivitas metode mengajar mereka.

Oleh karena itu, para guru memiliki peran sentral dalam menggeser fokus pengajaran dari hafalan ke pemahaman konseptual.

Selain guru, peran orang tua dan komite sekolah juga sangat krusial.

Mereka harus memahami bahwa TKA bukanlah beban tambahan, melainkan instrumen untuk memotivasi anak agar berpikir lebih dalam.

Dukungan moral dan pemahaman yang benar dari lingkungan keluarga akan membantu anak-anak menghadapi tes ini dengan semangat positif.

Pemerintah daerah pun memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan kesiapan infrastruktur dan pelatihan bagi para pendidik, sehingga implementasi TKA dapat berjalan optimal di setiap satuan pendidikan.

Partisipasi seluruh pihak ini adalah kunci untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang berkelanjutan.

Penerapan TKA sejalan dengan program dan kebijakan prioritas Kemendikdasmen untuk mewujudkan pendidikan bermutu.

TKA menjadi bagian integral dari kurikulum yang mengusung semangat "berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan."

TKA mendukung pendekatan pembelajaran mendalam, yang berfokus pada pengembangan olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga siswa.

Dengan adanya TKA, Kemendikdasmen memberikan sinyal jelas bahwa kualitas pendidikan tidak lagi diukur dari kemampuan hafalan, melainkan dari kompetensi berpikir tingkat tinggi.

Selain itu, TKA juga berperan penting dalam menyediakan data yang lebih presisi untuk perumusan kebijakan pendidikan di masa depan.

Hasil TKA dapat membantu pemerintah mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Data ini akan menjadi landasan untuk program-program intervensi yang lebih tepat sasaran, seperti peningkatan kualitas guru, pengembangan kurikulum yang relevan, atau pemerataan fasilitas pendidikan.

Dengan demikian, TKA bukan hanya alat evaluasi, tetapi juga alat transformasi yang membantu pemerintah merancang langkah-langkah strategis untuk mencapai pendidikan bermutu untuk semua.

TKA adalah langkah berani yang menawarkan harapan baru bagi pendidikan Indonesia.

Dengan pemahaman yang utuh tentang dasar-dasarnya, partisipasi aktif dari seluruh pihak, dan sinergi dengan program prioritas Kemendikdasmen, kita bisa optimis bahwa TKA akan menjadi salah satu instrumen efektif dalam perjalanan kita menuju Indonesia Emas yang didukung oleh generasi yang cerdas, adil, dan berkarakter.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan