Tribunners / Citizen Journalism
Penyakit Pernapasan Kronis dan Beban Ganda di Asia Butuh Pendekatan yang Lebih Progresif
Sesak napas membuat aktivitas sederhana seperti berjalan kaki atau naik tangga bisa menjadi perjuangan yang cukup berat.
Editor:
Choirul Arifin
Oleh: Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia
BAGI jutaan orang, aktivitas sederhana seperti berjalan kaki atau naik tangga bisa menjadi perjuangan berat akibat sesak napas yang membatasi ruang gerak mereka.
Inilah kenyataan hidup para pasien penyakit pernapasan kronis (Chronic Respiratory Diseases/CRD), yang kerap tak terlihat dalam sorotan utama kebijakan kesehatan, meskipun dampaknya sangat nyata—baik secara medis, sosial, maupun ekonomi.CRD—termasuk Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), asma, penyakit paru akibat kerja dan hipertensi pulmonal—masih menjadi tantangan besar di berbagai belahan dunia, terutama Asia.
Kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania menempati posisi kedua tertinggi secara global dalam hal angka kematian dan tahun kehidupan yang hilang akibat CRD.
Sejak 1980 hingga 2020, kawasan ini mencatat kematian dini tertinggi akibat paparan partikel udara halus (PM2.5), di mana sekitar 15 persen di antaranya disebabkan oleh penyakit pernapasan.
Risiko CRD semakin diperbesar oleh kebiasaan merokok, polusi udara dalam dan luar ruangan, serta paparan zat berbahaya di tempat kerja.
Pada tahun 2021, hampir 470 juta orang di dunia hidup dengan CRD, dengan 4,5 juta kematian setiap tahunnya.
Di Asia, lebih dari 65 juta orang terdampak, termasuk di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Vietnam.
Namun, meskipun angka prevalensinya tinggi, CRD masih belum masuk dalam prioritas utama kebijakan kesehatan nasional maupun regional.
Akibatnya, intervensi yang tersedia belum sepadan dengan besarnya beban yang ditimbulkan.Dampak ekonominya pun signifikan. PPOK diperkirakan menyebabkan kerugian global sebesar USD 4,3 triliun selama 2020–2050.
Di Asia, biaya rawat inap menjadi komponen terbesar dalam penanganan CRD—memberi tekanan besar pada sistem kesehatan publik.
Sementara itu, terbatasnya akses terhadap layanan diagnostik seperti tes fungsi paru, serta tingginya angka kekambuhan pada penderita PPOK dan asma, memperkuat urgensi untuk membangun sistem layanan kesehatan yang lebih responsif, merata, dan berorientasi pada pencegahan jangka panjang.
Tantangan Penanganan Penyakit Pernapasan Kronis di Indonesia
Di Indonesia, penyakit pernapasan kronis juga menjadi masalah yang kian mengkhawatirkan.
Data tahun 2021 menunjukkan prevalensi asma sebesar 2,35%, PPOK 1,88%, dan CRD secara keseluruhan mencapai 4,19%.11 PPOK bahkan menempati peringkat keenam sebagai penyebab kematian terbanyak.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tercekik Debu! Badai Pasir Hantam Irak: Ribuan Warga Sesak Napas, Kota Tertutup Debu Oranye |
![]() |
---|
Bukan ke Rumah Sakit, Jirayut Banyak Dapat Saran Berobat ke Orang Pintar Saat Sesak Napas |
![]() |
---|
Jirayut Afisan Sempat Dirawat di RS, Rasakan Sesak Napas, Diagnosa Dokter Pneumonia |
![]() |
---|
Kondisi 9 Korban yang Berhasil Dievakuasi dari Kebakaran Glodok Plaza, Alami Sesak Napas, Syok Berat |
![]() |
---|
Kardiomiopati Sering Menyerang Anak Muda, Tak Bergejala dan Menyebabkan Kematian Mendadak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.