Rabu, 5 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Motor, Moda Antara yang Tak Boleh Menjadi Takdir Kota

Arah pembangunan transportasi berkelanjutan seharusnya mengalihkan mobilitas dari kendaraan pribadi menuju angkutan umum massal. 

Editor: Dewi Agustina
Tribunnews/Jeprima
TRANSPORTASI - Di banyak kota, sepeda motor telah menjadi lambang efisiensi dan kebebasan mobilitas. Ia bisa menembus kemacetan, menjangkau gang sempit, dan mengantar dari pintu ke pintu. Namun di balik kenyamanan itu, ada paradoks besar: sepeda motor adalah moda antara, bukan tujuan akhir peradaban transportasi. Foto sejumlah pengendara roda dua melintas di kawasan Bundaran Semanggi, Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2025). 


Oleh: Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) adalah organisasi profesi yang menghimpun para pakar, akademisi, praktisi, dan birokrat di bidang transportasi untuk mendorong pembangunan transportasi nasional yang berkelanjutan.

TRIBUNNEWS.COM - Kita hidup di negeri dengan 120 juta sepeda motor, dan setiap tahun bertambah jutaan lagi. 

Di banyak kota, sepeda motor telah menjadi lambang efisiensi dan kebebasan mobilitas. 

Ia bisa menembus kemacetan, menjangkau gang sempit, dan mengantar dari pintu ke pintu. 

Namun di balik kenyamanan itu, ada paradoks besar: sepeda motor adalah moda antara, bukan tujuan akhir peradaban transportasi.

Dari Mobilitas Pribadi ke Transportasi Umum

Arah pembangunan transportasi berkelanjutan seharusnya mengalihkan mobilitas dari kendaraan pribadi menuju angkutan umum massal. 

Negara-negara yang berhasil keluar dari kemacetan dan polusi selalu menempuh jalur serupa: memperkuat sistem publik, bukan memperbanyak kendaraan pribadi.

Sayangnya, Indonesia justru bergerak ke arah sebaliknya. Motor yang semula solusi darurat kini menjadi ketergantungan massal. 

Kota-kota kita dipenuhi lautan kendaraan kecil yang cepat tapi tidak efisien. Ruang jalan berubah menjadi arena kompetisi, bukan produktivitas.

Risiko yang Terlupakan

Lebih dari 75 persen korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia adalah pengendara motor

Efisiensi yang kita puja sering kali dibayar dengan keselamatan. 

Secara fisik, sepeda motor tidak memiliki perlindungan struktural; secara sosial, pengemudi—terutama mitra ojek daring—hidup di bawah tekanan algoritma dan insentif waktu yang menuntut kecepatan. 

Semakin cepat, semakin untung; tetapi semakin cepat pula risikonya.

Setiap perjalanan singkat yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau angkutan umum kini digantikan oleh perjalanan bermesin. 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved